Harga Minyak Anjlok 1 Persen, Gejolak Politik Dunia Jadi Pemicu Penurunan
- Rabu, 19 Maret 2025

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami penurunan sekitar 1% pada Selasa, 18 Maret 2025 (Rabu waktu Jakarta), setelah adanya pembicaraan penting antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pembicaraan kedua pemimpin negara tersebut difokuskan pada upaya untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun di Ukraina, yang turut mempengaruhi prospek ekspor energi Rusia dan memberikan dampak langsung pada pasar minyak global. Isu utama yang menjadi sorotan adalah potensi pelonggaran sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia, yang jika terwujud, dapat memperburuk pasokan minyak di pasar dunia.
Harga Minyak Terkoreksi Setelah Menguat di Pagi Hari
Sebelum penurunan yang tercatat pada akhir sesi perdagangan, harga minyak sempat mencapai titik tertinggi dalam dua minggu terakhir. Kenaikan tersebut didorong oleh dua faktor utama. Pertama, ketidakstabilan yang masih terjadi di Timur Tengah, khususnya terkait dengan ancaman gangguan pasokan minyak akibat ketegangan di kawasan tersebut. Kedua, adanya optimisme pasar terkait dengan rencana stimulus ekonomi yang digulirkan oleh China dan Jerman, dua ekonomi terbesar dunia. Rencana ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan bahan bakar di kedua negara tersebut, yang pada gilirannya dapat mendongkrak harga minyak.
Baca Juga
Namun, seiring berjalannya waktu, faktor-faktor geopolitik dan politik internasional mulai mengambil alih, memicu koreksi harga minyak yang lebih rendah.
Penurunan Harga Minyak: Brent dan WTI Tertekan
Harga minyak Brent, yang merupakan patokan harga minyak internasional, mengalami penurunan sebesar 51 sen atau 0,72%, dan ditutup pada USD 70,56 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan harga minyak mentah AS, turun 68 sen atau 1,01%, berakhir pada USD 66,90 per barel.
Penurunan harga minyak tersebut terjadi setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pembicaraan untuk mencari solusi atas konflik yang tengah berlangsung di Ukraina. Pembicaraan ini memberikan harapan bahwa ketegangan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun itu mungkin akan berakhir. Namun, banyak analis yang meragukan dampak langsungnya terhadap pasar energi global dalam waktu dekat.
Potensi Pelonggaran Sanksi terhadap Rusia dan Dampaknya pada Pasar Energi
Salah satu isu utama yang dibahas dalam pertemuan Trump dan Putin adalah kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap ekspor energi Rusia. Jika hal ini terjadi, maka akan ada kemungkinan peningkatan pasokan energi dari Rusia yang dapat mempengaruhi pasar minyak global. Meski begitu, banyak analis yang memperkirakan bahwa meskipun sanksi terhadap Rusia dicabut, tidak akan ada perubahan signifikan dalam peningkatan ekspor energi Rusia dalam waktu dekat.
Analis di pialang minyak PVM mengungkapkan bahwa meskipun energi fosil Rusia mungkin kembali melimpah suatu saat nanti tanpa belenggu sanksi, hal tersebut tidak berarti bahwa harga energi akan turun secara signifikan dalam waktu dekat. “Bahan bakar fosil Rusia mungkin pada tahap tertentu akan kembali melimpah tanpa belenggu sanksi, tetapi itu tidak berarti kemurahan hati energi akan dicabut,” ujar seorang analis PVM dalam catatannya.
Proyeksi Produksi Minyak Rusia dan Dampaknya pada Pasokan Global
Rusia, yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia, diperkirakan akan memproduksi sekitar 9,2 juta barel per hari (bpd) minyak mentah pada tahun 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan level tertinggi produksi Rusia pada tahun 2022 yang tercatat mencapai 9,8 juta bpd, dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan rekor produksi Rusia pada tahun 2016, yang mencapai 10,6 juta bpd. Data ini diperoleh dari Badan Informasi Energi AS (EIA), yang telah memantau produksi energi Rusia sejak tahun 1997.
Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sanksi internasional yang membatasi akses Rusia ke pasar energi global, serta tantangan dalam meningkatkan produksi minyak secara signifikan. Meskipun ada pembicaraan mengenai potensi pelonggaran sanksi, banyak yang meragukan apakah perubahan tersebut akan segera berdampak pada peningkatan produksi dan ekspor minyak Rusia.
Ketegangan di Timur Tengah: Ancaman Gangguan Pasokan Minyak
Selain isu Ukraina, ketegangan yang terjadi di Timur Tengah juga turut mempengaruhi harga minyak global. Di kawasan tersebut, Amerika Serikat (AS) terus melancarkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman. Kelompok Houthi yang didukung oleh Iran telah mengintensifkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, yang merupakan jalur penting pengiriman minyak global.
Presiden AS, Donald Trump, berjanji untuk terus melanjutkan serangan terhadap Houthi kecuali mereka menghentikan serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Trump juga menegaskan akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi. Jika ketegangan ini semakin memburuk, ancaman terhadap pasokan minyak global bisa menjadi kenyataan. Hal ini tentu saja akan memengaruhi harga minyak yang dapat mengalami lonjakan harga.
Iran, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), diperkirakan akan memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak mentah per hari pada tahun 2024, menurut data EIA AS. Potensi gangguan terhadap pasokan minyak dari Iran atau negara-negara Timur Tengah lainnya dapat meningkatkan ketegangan pasar, memicu lonjakan harga minyak yang lebih tajam.
Dampak Langsung pada Pasar Energi Global dan Pelaku Pasar
Gejolak yang terjadi di pasar minyak dunia ini menjadi cerminan betapa rawannya pasokan energi global yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor geopolitik. Bagi para pelaku pasar, termasuk investor dan negara pengimpor energi, perkembangan ini menjadi perhatian utama, karena fluktuasi harga minyak dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi global.
Analis pasar memperkirakan bahwa meskipun harga minyak sempat menguat seiring dengan harapan tentang kebijakan stimulus di China dan Jerman, penurunan harga yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa ketegangan politik dan geopolitik tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi harga minyak dunia.
Penurunan harga minyak yang terjadi pada 18 Maret 2025 mencerminkan ketidakpastian yang terjadi di pasar energi global akibat ketegangan geopolitik, terutama yang melibatkan Rusia, Ukraina, dan negara-negara Timur Tengah. Meskipun ada harapan untuk perbaikan kondisi ekonomi global melalui stimulus di beberapa negara besar, faktor politik dan konflik internasional tetap menjadi ancaman utama bagi kestabilan harga minyak. Bagi para pelaku pasar, situasi ini menuntut kewaspadaan dan pemantauan terus-menerus terhadap perkembangan politik dunia yang dapat berdampak besar terhadap pasokan dan harga energi global.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Olahraga Aman untuk Ibu Menyusui Sehat
- 07 September 2025
3.
Gym Membantu Tubuh dan Pikiran Lebih Sehat
- 07 September 2025
4.
Manfaat Seru Terjun Payung Untuk Tubuh Sehat
- 07 September 2025
5.
Manfaat Panjat Tebing Untuk Kesehatan Fisik Mental
- 07 September 2025