
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (KAI) kembali menghadirkan layanan kereta khusus untuk petani dan pedagang, menghidupkan tradisi kereta pasar yang pernah ada sejak masa kolonial hingga era PJKA. Layanan ini dihadirkan tidak hanya sebagai sarana transportasi hasil bumi, tetapi juga sebagai upaya melestarikan budaya kereta api yang menjadi denyut nadi ekonomi rakyat.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengatakan bahwa layanan ini dirancang untuk memudahkan mobilitas para petani dan pedagang sekaligus memperkuat rantai pasok ekonomi daerah. “Kami ingin kereta api menjadi sahabat perjalanan para petani dan pedagang, sekaligus memperkuat rantai pasok dan roda ekonomi daerah,” ujarnya.
Kereta khusus ini dimodifikasi dengan mengurangi jumlah kursi dari 106 menjadi 73, pintu diperlebar, serta ruang tengah dibuat lebih lega untuk menampung hasil panen. Tempat duduk kini tersusun di sisi kiri dan kanan gerbong, sehingga ruang tengah lebih luas untuk menampung sayur, buah, atau dagangan lainnya.
Baca Juga
Sejarah Kereta Pasar di Indonesia
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian MTI, Aditya Dwi Laksana, menegaskan bahwa kereta pasar bukan hal baru di Indonesia. “Sejak zaman Belanda ada trem dengan gerbong khusus pedagang bernama pikoenlanwagen. Lalu di era PJKA, ada kereta pasar dan kereta campuran yang mengangkut penumpang sekaligus barang dagangan,” jelas Aditya.
Bahkan, pada masa lalu hewan ternak seperti sapi juga diangkut dengan kereta. Stasiun Cipinang memiliki peron khusus untuk menurunkan hewan ternak. “Sekarang semua diangkut dengan truk, padahal gerbong ternak dan peron stasiun pernah menjadi bagian penting dari sejarah transportasi kita,” tambahnya.
Tradisi kereta pasar perlahan hilang seiring modernisasi transportasi, namun hingga kini masih ada petani dan pedagang yang setia menggunakan KRL dari Rangkasbitung hingga Tanah Abang untuk membawa hasil panen seperti pisang, jagung, dan nasi uduk. Aktivitas mereka dimulai sejak dini hari, dengan barang dagangan yang sudah ditata rapi di peron sebelum kereta tiba. Rata-rata mereka telah lebih dari 20 tahun melakukan aktivitas ini.
Aktivitas Harian Petani dan Pedagang
Setiap hari, para petani berangkat sejak pukul 04.00 WIB dari Rangkasbitung, Maja, atau Tenjo menuju Jakarta. Sesampainya di stasiun tujuan, mereka melanjutkan perjalanan dengan bajaj atau berjalan kaki menuju pasar. Aktivitas tertinggi biasanya terjadi pada Selasa hingga Kamis, dengan omzet harian antara Rp250 ribu hingga Rp800 ribu per pedagang.
Modifikasi gerbong oleh KAI membuat proses transportasi lebih efisien. Ruang tengah yang luas memungkinkan muatan hasil panen lebih banyak, sementara pintu yang diperlebar memudahkan pemuatan dan penurunan barang. Hal ini menjadikan kereta khusus petani dan pedagang lebih aman dan nyaman dibanding menggunakan kendaraan umum atau truk.
Instrumen Budaya dan Ekonomi Rakyat
Wakil Ketua MTI Pusat sekaligus Akademisi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menilai bahwa kebijakan KAI ini penting untuk memperkuat ekonomi desa dan menjaga budaya transportasi rakyat. “Kereta petani-pedagang bukan sekadar transportasi, tetapi instrumen budaya dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Desa tetap hidup, kota tidak semakin sesak,” ujarnya.
Djoko menambahkan, keberadaan kereta pasar juga berpotensi menekan urbanisasi dan mempertahankan identitas budaya transportasi. Ia mencontohkan China yang masih mempertahankan slow train di pedesaan sebagai andalan petani membawa hasil panen ke kota dengan tiket murah.
Kereta Pasar, Tradisi Lama yang Dihidupkan Kembali
KAI mencatat permintaan layanan ini meningkat seiring lonjakan jumlah penumpang KRL di jalur yang sama. Rencana pengoperasian kereta juga melibatkan pemberhentian lebih lama di stasiun tertentu agar barang dagangan dapat dimuat lebih banyak.
Kerja sama berbagai pihak menjadi kunci sukses pengoperasian kereta pasar ini. Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub mendorong adanya subsidi operasional, sementara Pemerintah Daerah Lebak diminta menyiapkan angkutan gratis menuju stasiun. Selain itu, bus pasar DKI bisa diaktifkan kembali sebagai moda transportasi lanjutan.
“Kerja sama ini akan menjadikan kereta petani-pedagang bukan hanya nostalgia, tetapi solusi nyata,” tutur Djoko.
Harapan KAI dan Dampak Positif bagi Rakyat
Anne Purba menekankan bahwa KAI ingin lebih dari sekadar menghidupkan tradisi. Layanan kereta ini diharapkan dapat mendorong ekonomi lokal, memperkuat rantai pasok hasil pertanian, dan memberikan pengalaman transportasi yang nyaman bagi petani dan pedagang.
KAI juga berencana mengembangkan layanan ini ke stasiun-stasiun lain yang memiliki aktivitas perdagangan serupa, sehingga semakin banyak petani dan pedagang yang dapat memanfaatkan fasilitas ini. Dengan demikian, kereta pasar dapat menjadi solusi transportasi sekaligus penggerak ekonomi daerah.
Hidupnya kembali kereta khusus petani dan pedagang oleh PT KAI merupakan langkah strategis yang menggabungkan aspek ekonomi, budaya, dan sosial. Dengan modifikasi gerbong, kerjasama lintas instansi, serta perhatian terhadap kebutuhan petani dan pedagang, kereta pasar diharapkan menjadi sarana transportasi modern yang tetap mempertahankan tradisi lama.
Para petani dan pedagang kini memiliki akses transportasi yang lebih nyaman dan efisien, sementara masyarakat kota dapat menikmati ketersediaan hasil panen yang lebih terjangkau. Tradisi lama ini kembali hidup, bukan hanya sebagai nostalgia, tetapi sebagai bagian dari solusi nyata pembangunan ekonomi rakyat di era modern.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
2.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
3.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025
4.
5.
Mengenal 11 Makanan Khas Bekasi yang Kaya Rasa dan Cerita
- 06 September 2025