Meningkatnya Kemiskinan di Daerah Penghasil Nikel di Sulawesi Tenggara: Pencemaran Lingkungan dan Kehilangan Mata Pencaharian
- Sabtu, 10 Mei 2025

JAKARTA - Kemiskinan yang melanda daerah penghasil nikel di Sulawesi Tenggara semakin meningkat, seiring dengan dampak negatif dari aktivitas penambangan nikel yang mengancam mata pencaharian masyarakat setempat. Salah satu contoh nyata adalah yang dialami oleh Maria, seorang perempuan 51 tahun yang tinggal di Desa Baliara, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana. Dulu, Maria dapat menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai nelayan, tetapi kini ia harus berjuang keras untuk bertahan hidup setelah laut yang selama ini menjadi sumber penghidupan, tercemar limbah tambang.
“Kenapa saya begini Tuhan?” ujar Maria, dengan tatapan kosong, merenungi nasibnya yang kini terperangkap dalam kemiskinan. Dia kini hanya bisa mengandalkan pekerjaan membelah ikan dan memperbaiki pukat, karena pencemaran laut yang semakin parah akibat limbah tambang nikel dari PT Timah Investasi Mineral (TIM) dan PT Trias Jaya Agung (TJA). Dampaknya, kehidupan Maria, yang tergantung pada laut, kini semakin sulit.
Desa Baliara, yang dihuni oleh 1.442 jiwa, mayoritas bekerja sebagai nelayan, kini terperangkap dalam lingkaran kemiskinan. Sejak kegiatan penambangan nikel di kawasan tersebut semakin intensif, laut yang selama ini menjadi sumber utama mata pencaharian warga menjadi tercemar. Pencemaran ini terjadi seiring dengan semakin masifnya eksploitasi nikel oleh perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di daerah tersebut. Hal ini membuat warga desa yang memiliki tradisi sebagai nelayan, seperti Maria, kesulitan untuk mendapatkan penghasilan.
Baca Juga
Kehilangan Sumber Penghidupan: Dampak Penambangan Nikel terhadap Petani dan Nelayan
Kondisi serupa juga dirasakan oleh masyarakat di Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel). Di desa ini, petani rumput laut juga mengalami kesulitan setelah PT Billy Indonesia (BI) mulai melakukan eksploitasi tambang nikel pada tahun 2010. Sejak saat itu, petani rumput laut di Torobulu berhenti total dalam membudidayakan rumput laut.
Setelah PT BI meninggalkan Torobulu pada 2016, masyarakat sempat mencoba kembali membudidayakan rumput laut. Namun, sejak PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) menggantikan PT BI pada 2019 dan memulai kegiatan penambangan secara masif, hal ini kembali menghilangkan mata pencaharian petani rumput laut. Penambangan nikel yang semakin intensif ini menyebabkan air laut tercemar oleh tanah galian tambang, yang mengalir ke pesisir dan merusak kualitas air di kawasan tersebut. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan rumput laut terganggu, bahkan petani mengalami kerugian total.
Kamaruddin, salah seorang petani rumput laut di Torobulu, mengungkapkan pengalamannya. Pada tahun 2022, ia mencoba membudidayakan rumput laut dengan modal awal Rp1 juta. Namun, usaha tersebut gagal total karena tanah merah yang berasal dari galian tambang mengalir ke laut dan mencemari air tempat rumput laut tumbuh. “Tanah merah turun dari atas. Kapan kena rumput laut, langsung putih, patah-patah, habis, tidak ada sisa,” jelas Kamaruddin, mengenang kegagalannya yang disebabkan oleh dampak aktivitas tambang.
Pencemaran Lingkungan dan Kemiskinan yang Meningkat di Sulawesi Tenggara
Selain di Baliara dan Torobulu, kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang nikel juga mengancam sektor pertanian di daerah penghasil nikel lainnya, seperti di Desa Okooko, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka. Arifin, ketua Kelompok Tani Lowania di desa ini, mengeluhkan dampak air bercampur lumpur dari aktivitas tambang yang masuk ke sawahnya. Padi yang terkena aliran air tercemar menjadi kerdil, anakan padi berkurang, dan warnanya berubah menjadi kekuningan. “Ini dia contohnya,” kata Arifin sambil menunjuk petak sawah yang terpengaruh oleh air yang tercemar.
Sungai Okooko yang membelah Kecamatan Pomalaa dan Tanggetada menjadi salah satu sumber irigasi bagi petani di Desa Okooko. Namun, sepanjang sungai yang melewati desa tersebut, air yang mengalir tampak berwarna kuning kecokelatan akibat limbah dari galian tambang nikel. Arifin menambahkan, “Dampaknya ini luar biasa. Bukan main-main dampaknya tambang terhadap pertanian.”
Kerusakan lingkungan akibat limbah tambang ini semakin memperburuk kondisi ekonomi masyarakat setempat, yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan. Penurunan kualitas lingkungan menyebabkan mata pencaharian mereka hilang, yang pada gilirannya meningkatkan angka kemiskinan di daerah tersebut. Data menunjukkan bahwa di Baliara, terdapat 213 keluarga miskin dari total 401 kepala keluarga pada tahun 2022. Hal ini berarti lebih dari setengah penduduk Baliara hidup dalam kondisi miskin.
Di Torobulu, kondisi serupa terjadi, dengan sekitar 420 kepala keluarga tercatat dalam kategori prasejahtera pada tahun 2024, yang hampir setengah dari jumlah penduduk desa tersebut. Di Okooko, meskipun jumlah keluarga miskin relatif lebih sedikit, namun secara keseluruhan, angka kemiskinan di tiga kabupaten penghasil nikel—Bombana, Konawe Selatan, dan Kolaka—terus meningkat. Di Bombana, jumlah penduduk miskin meningkat dari 18.840 jiwa pada tahun 2020 menjadi 20.560 jiwa pada tahun 2024. Di Konsel, angka kemiskinan naik dari 34.220 jiwa pada tahun 2020 menjadi 37.090 jiwa pada tahun 2024. Di Kolaka, jumlah penduduk miskin juga meningkat dari 23.760 jiwa pada tahun 2020 menjadi 33.200 jiwa pada tahun 2024.
Pentingnya Evaluasi dan Penanganan Dampak Lingkungan dari Penambangan Nikel
Peningkatan kemiskinan di daerah penghasil nikel ini mencerminkan bahwa meskipun sektor tambang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian daerah, namun dampak lingkungan yang ditimbulkan seringkali tidak terkelola dengan baik. Pencemaran laut, kerusakan pertanian, dan kehilangan mata pencaharian masyarakat mengindikasikan perlunya evaluasi yang lebih mendalam terkait pengelolaan lingkungan dalam sektor tambang.
Maria, Kamaruddin, Arifin, dan banyak masyarakat lainnya berharap agar pemerintah dan perusahaan tambang lebih memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas penambangan nikel. Tanpa langkah-langkah mitigasi yang tepat, kerusakan lingkungan akan terus merugikan masyarakat lokal, sementara kemiskinan akan semakin meningkat di daerah penghasil nikel ini.

David
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!
- 06 September 2025
2.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
3.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
4.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025