
JAKARTA - Musim hujan di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan berakhir pada akhir Maret, dengan transisi menuju musim kemarau dimulai pada April. Namun, beberapa wilayah dengan pola hujan monsunal mungkin masih mengalami hujan hingga April atau bahkan Mei. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers pada Rabu, 5 Februari 2025.
Puncak Musim Hujan dan Transisi ke Musim Kemarau
Menurut BMKG, puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada bulan Januari hingga Februari. Setelah itu, pada akhir Maret, musim hujan diperkirakan akan berakhir, dan transisi menuju musim kemarau dimulai pada bulan April. Dwikorita Karnawati menjelaskan, "Musim hujan diprediksi akan berakhir sampai bulan Maret, akhir Maret 2025, dan April itu transisi dari musim hujan ke musim kemarau."
Curah Hujan dan Fenomena La Niña Lemah
BMKG juga mengungkapkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, yaitu antara 1.000 hingga 5.000 milimeter per tahun. Namun, sekitar 67% wilayah diperkirakan menerima curah hujan lebih dari 2.500 milimeter per tahun, termasuk sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Riau bagian barat, Kalimantan, Sulawesi tengah dan selatan, hingga Papua. Sementara itu, 15% wilayah diperkirakan mengalami curah hujan di atas normal, seperti di Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua bagian tengah. Hanya 1% wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan di bawah normal, seperti Sumatera Selatan bagian barat dan Maluku Utara.
Baca Juga15 Tempat Wisata di Sukabumi 2025 Terbaik yang Indah Untuk Dikunjungi
Peningkatan curah hujan selama musim ini dipengaruhi oleh fenomena La Niña Lemah, yang diperkirakan berlangsung hingga Maret atau April 2025. Fenomena ini dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 hingga 40 persen. Dwikorita Karnawati mengingatkan, "Kami mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapinya karena fenomena ini dapat berdampak signifikan pada kondisi cuaca."
Peralihan Musim dan Potensi Cuaca Ekstrem
Meskipun cuaca cerah mulai mendominasi, ketidakstabilan atmosfer selama periode transisi ini masih memungkinkan terjadinya pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih terus terjadi dan hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Dwikorita Karnawati menambahkan, "Hanya tempatnya itu bergeser-geser, misalnya dari Sumatera, dari Jakarta, lalu ke Jawa Tengah, ke Jawa Timur, lalu nanti ke Sulawesi, nanti balik lagi ke Jakarta, jadi akan berpindah-pindah tempatnya."
Imbauan BMKG untuk Masyarakat
BMKG mengimbau masyarakat untuk secara rutin memantau perkembangan informasi cuaca terkini melalui situs resmi BMKG, agar dapat menyesuaikan aktivitas sehari-hari dengan dinamika cuaca yang dapat berubah dengan cepat. Dwikorita Karnawati mengingatkan, "Jadi masih tetap harus waspada siaga dengan cara terus memonitor perkembangan informasi BMKG, ini karena dinamika cuaca yang sangat cepat berubah, jadi mohon dimonitor agar bisa beradaptasi dalam menyusun rencana kegiatan sehari-hari."

David
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
15 Tempat Wisata di Sukabumi 2025 Terbaik yang Indah Untuk Dikunjungi
- Sabtu, 06 September 2025
Terpopuler
1.
11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!
- 06 September 2025
2.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
3.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
4.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025