Harga Saham Anjlok, Komisaris dan Direksi BCA Borong 2,84 Juta Lembar Senilai Rp25,37 Miliar
- Kamis, 20 Maret 2025

JAKARTA – Sejumlah petinggi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melakukan aksi borong saham di tengah anjloknya harga saham perseroan. Sebanyak 2,84 juta lembar saham dibeli oleh satu komisaris dan lima direktur dengan total nilai transaksi mencapai Rp25,37 miliar pada 18 Maret 2025.
Aksi beli ini dilakukan saat harga saham BBCA turun drastis, dengan harga rata-rata pembelian di Rp8.975 per lembar. Pembelian saham oleh jajaran direksi dan komisaris terjadi menjelang pembagian dividen tunai Rp250 per saham yang dijadwalkan cair pada 11 April 2025.
Rincian Pembelian Saham oleh Petinggi BCA
Baca Juga
Berdasarkan laporan transaksi, berikut rincian pembelian saham oleh jajaran direksi dan komisaris BCA:
Tonny Kusnadi (Komisaris) membeli 232.377 lembar saham senilai Rp2,08 miliar, meningkatkan kepemilikannya menjadi 7,5 juta lembar.
Jahja Setiaatmadja (Presiden Direktur) membeli 1,03 juta lembar saham seharga Rp9,25 miliar, menaikkan koleksinya menjadi 35,2 juta lembar.
Haryanto Tiara Budiman (Direktur) membeli 281.279 saham senilai Rp2,52 miliar, kini mengantongi 1,05 juta lembar.
John Kosasih (Direktur) membeli 318.416 lembar saham seharga Rp2,85 miliar, meningkatkan kepemilikannya menjadi 1,09 juta lembar.
Santoso (Direktur) membeli 458.126 saham senilai Rp4,06 miliar, kini memiliki 3,06 juta lembar saham.
Vera Eva Lim (Direktur) membeli 519.277 saham dengan total Rp4,58 miliar, meningkatkan koleksi sahamnya menjadi 2,73 juta lembar.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menegaskan bahwa aksi pembelian saham ini menunjukkan keyakinan terhadap fundamental perusahaan. “Kami tetap optimis terhadap prospek jangka panjang BCA dan percaya bahwa saham perusahaan memiliki nilai investasi yang kuat di tengah volatilitas pasar,” ujarnya.
IHSG Anjlok, Kapitalisasi Pasar Hilang Rp100 Triliun
Aksi borong saham oleh petinggi BCA terjadi di tengah kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot tajam 3,84% pada 18 Maret 2025, ditutup di level 6.223,39. Anjloknya IHSG menghapus kapitalisasi pasar senilai Rp100 triliun dalam sehari, menandai posisi terendah sejak Oktober 2021, saat puncak pandemi Covid-19 mengguncang perekonomian Indonesia.
Pada perdagangan hari itu, IHSG sempat mengalami penurunan intraday hingga 7,1%, yang merupakan kejatuhan terdalam sejak September 2011. Penurunan ini dipicu oleh anjloknya beberapa saham kapitalisasi besar (big caps) seperti:
PT DCI Indonesia Tbk (DCII): Turun 38,21 poin indeks.
PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA): Turun 27,98 poin.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): Turun 26,01 poin.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI): Turun 26,01 poin.
Direktur BCA, Haryanto Tiara Budiman, menilai bahwa koreksi pasar ini merupakan peluang bagi investor untuk mengakumulasi saham yang memiliki fundamental kuat. “Volatilitas pasar adalah hal yang wajar, dan kami percaya harga saham BCA akan kembali mencerminkan fundamental yang solid,” tuturnya.
Optimisme Jajaran BCA di Tengah Ketidakpastian Pasar
Langkah agresif jajaran petinggi BCA dalam membeli saham perseroan menegaskan keyakinan terhadap fundamental perusahaan di tengah ketidakpastian pasar. Investor kini menanti apakah aksi beli ini dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan saham BBCA dalam beberapa waktu ke depan.
Dengan aksi borong saham oleh manajemen, diharapkan sentimen positif dapat kembali mengangkat harga saham BBCA yang saat ini masih dalam tekanan akibat kondisi pasar yang bergejolak.

Rapli
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
2.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
3.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025
4.
5.
Mengenal 11 Makanan Khas Bekasi yang Kaya Rasa dan Cerita
- 06 September 2025