Sabtu, 06 September 2025

Alasan Shin Tae yong Kecewa Pemain Naturalisasi Pilih Liga Indonesia

Alasan Shin Tae yong Kecewa Pemain Naturalisasi Pilih Liga Indonesia
Alasan Shin Tae yong Kecewa Pemain Naturalisasi Pilih Liga Indonesia

JAKARTA - Isu pemain keturunan yang memilih berkarier di Liga Indonesia sempat menimbulkan reaksi keras dari Shin Tae-yong ketika masih menjabat sebagai pelatih Timnas. Sosok asal Korea Selatan itu tidak menutup-nutupi ketidaksetujuannya. Baginya, langkah para pemain naturalisasi turun di kompetisi domestik justru kontraproduktif terhadap tujuan besar: mengangkat kualitas sepak bola Indonesia di level internasional.

Shin Tae-yong menilai Liga Indonesia memang terus berkembang, namun belum sampai pada level yang bisa mengasah kemampuan pemain keturunan secara optimal. Ia berharap mereka bisa ditempa di liga dengan kualitas lebih tinggi, entah di Eropa maupun Asia Timur, agar ketika kembali membela Garuda, level permainan mereka sudah berada di atas rata-rata.

“Kalau pemain keturunan hanya bermain di Liga 1, itu bukan keputusan yang tepat. Mereka seharusnya meniti karier di luar negeri untuk bisa mengembangkan kemampuan lebih baik,” demikian pandangan Shin kala itu.

Baca Juga

17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?

Bukan Sekadar Emosi, Tapi Strategi

Kemurkaan Shin sebenarnya lahir dari strategi jangka panjang. Saat dirinya memimpin, visi utama adalah membangun Timnas Indonesia yang tangguh, disiplin, dan bermental internasional. Itu tidak bisa dicapai jika para pemain naturalisasi “terjebak” dalam kenyamanan liga domestik.

Menurutnya, atmosfer kompetisi di Eropa atau Jepang, misalnya, jauh lebih kompetitif. Dari ritme permainan, pola latihan, hingga tuntutan profesionalisme, pemain akan ditempa di level yang lebih tinggi. Shin percaya, pengalaman semacam itu akan menular ke Timnas ketika mereka dipanggil memperkuat Merah Putih.

“Main di Eropa memang tidak mudah. Tapi justru tantangan itu yang membuat pemain berkembang. Kalau mereka hanya bermain di Indonesia, perkembangan kariernya bisa stagnan,” ujarnya.

Pemain Naturalisasi dan Ekspektasi Publik

Publik sepak bola Indonesia kerap menaruh harapan besar kepada para pemain naturalisasi. Nama-nama seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, hingga Ivar Jenner dipandang sebagai solusi cepat untuk meningkatkan kualitas skuad. Namun, ekspektasi itu bisa meleset jika para pemain tersebut tidak bermain di level kompetisi yang tepat.

Di sinilah letak kegelisahan Shin Tae-yong. Ia khawatir, publik terlalu cepat puas hanya karena pemain keturunan bergabung di Liga 1. Padahal, standar internasional menuntut lebih dari sekadar bermain di kompetisi lokal.

Bagi Shin, Timnas harus diisi oleh pemain yang terbiasa menghadapi lawan tangguh setiap pekan. Dengan begitu, ketika tampil di Piala Asia atau Kualifikasi Piala Dunia, mereka tidak kaget dengan tempo tinggi dan intensitas fisik yang jauh berbeda.

Liga Indonesia: Berkembang Tapi Belum Ideal

Tak bisa dipungkiri, Liga 1 Indonesia terus mengalami perbaikan dari segi manajemen, kualitas siaran, hingga regulasi. Namun, jika dibandingkan dengan liga top Asia atau Eropa, perbedaannya masih cukup jauh.

Hal ini diakui sendiri oleh para pemain naturalisasi yang pernah merumput di Indonesia. Beberapa di antaranya menyoroti tempo permainan yang lebih lambat, disiplin taktik yang belum konsisten, serta fasilitas klub yang belum merata. Meski demikian, Liga Indonesia tetap memiliki daya tarik tersendiri: atmosfer suporter yang luar biasa, popularitas tinggi, serta peluang besar untuk mendapatkan menit bermain.

Faktor-faktor inilah yang membuat sebagian pemain keturunan memilih pulang ke Indonesia. Mereka ingin dekat dengan akar keluarga, sambil tetap berkarier sebagai pesepakbola profesional.

Konflik Kepentingan: Klub vs Timnas

Pandangan Shin Tae-yong menimbulkan perdebatan. Dari sudut pandang klub, kedatangan pemain keturunan justru mendatangkan nilai positif. Mereka meningkatkan kualitas skuad, mendongkrak popularitas klub, bahkan bisa menambah daya tarik sponsor.

Namun, dari perspektif Timnas, hal itu bisa jadi pedang bermata dua. Jika pemain keturunan hanya bersaing di level domestik, Shin khawatir kemampuan mereka tidak meningkat signifikan. Akibatnya, ketika harus menghadapi tim kuat seperti Jepang, Korea Selatan, atau Arab Saudi, kualitas mereka akan terlihat timpang.

Harapan Shin: Mentalitas Internasional

Shin Tae-yong selalu menekankan bahwa sepak bola modern bukan hanya soal skill individu, tetapi juga mentalitas. Pemain yang terbiasa menghadapi tekanan di luar negeri akan lebih siap menghadapi situasi sulit bersama Timnas.

Ia mencontohkan bagaimana pemain muda Indonesia yang berkarier di Eropa, meski tidak selalu menjadi bintang utama, tetap mendapatkan pengalaman berharga. Mereka belajar disiplin, kerja keras, dan konsistensi yang sulit ditemukan di liga lokal.

“Bermain di luar negeri akan melatih mentalitas mereka. Itu yang paling penting. Saya ingin pemain Indonesia, terutama keturunan, punya karakter yang kuat di lapangan,” kata Shin dengan tegas.

Masa Depan Pemain Keturunan

Kini, meski Shin Tae-yong sudah tidak lagi melatih Timnas Indonesia, warisan pemikirannya masih relevan. Pertanyaan yang muncul adalah: apakah para pemain keturunan akan mengikuti saran Shin untuk berkarier di luar negeri, atau tetap memilih Liga 1 sebagai destinasi utama?

Beberapa nama sudah membuktikan pilihan berkarier di luar negeri membawa dampak positif. Misalnya, Ivar Jenner yang meniti karier di Belanda, atau Marselino Ferdinan yang mengasah kemampuan di Belgia. Namun, tidak sedikit pula yang memutuskan pulang ke Indonesia demi mendapatkan kepastian bermain reguler.

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan pemain. Liga Indonesia bisa menjadi tempat awal yang baik, tetapi jika ingin membawa Timnas naik level, pengalaman internasional tetap diperlukan.

Aldi

Aldi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?

17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?

Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing

Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing

Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing

Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing

Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing

Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing

Kuliner Pisang Epe Makassar Favorit Wisatawan

Kuliner Pisang Epe Makassar Favorit Wisatawan