
JAKARTA - Di tengah derasnya arus fesyen modern, SukkhaCitta hadir membawa konsep yang lebih dari sekadar estetika. Koleksi terbaru mereka, PERTIWI, lahir dari sebuah gagasan besar untuk merefleksikan dan mengenang makna Ibu Pertiwi sebagai tanah air Indonesia. Koleksi ini bukan hanya menonjolkan keindahan visual, tetapi juga menyuarakan tanggung jawab generasi muda untuk menjaga, meneruskan, dan merawat warisan budaya agar tetap relevan, bukan hanya hari ini, tetapi hingga puluhan tahun mendatang.
Dalam menciptakan PERTIWI, Anastasia Setiobudi, Creative Director SukkhaCitta, memulai perjalanan dengan menghargai tradisi berpakaian yang telah ada sebelumnya. Siluet dasar koleksi banyak mengambil inspirasi dari busana tradisional Nusantara, seperti beskap, kebaya, dan kain khas Indonesia. Kebaya mewakili sisi feminin, beskap melambangkan maskulin, sedangkan kain menjadi simbol netral yang bisa dikenakan siapa saja. Pendekatan ini menjadikan PERTIWI sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Yang menarik, koleksi ini tidak sepenuhnya baru, melainkan hasil “re-edit” yang menampilkan kembali siluet klasik dengan sentuhan modern. Proses re-editing dilakukan melalui eksplorasi bahan, teknik pewarnaan, dan filosofi warna yang mendalam. Dengan demikian, setiap karya tidak hanya menekankan estetika, tetapi juga makna budaya yang kaya dan mendalam.
Baca Juga17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?
PERTIWI Kebaya: Gabungan Tradisi dan Modernitas
Salah satu karya unggulan adalah PERTIWI Kebaya, yang menggabungkan siluet anggun kebaya, potongan gagah beskap, dan keluwesan kain. Detail seperti ikatan kain yang dapat diputar dan diikat menambah nilai fungsional sekaligus keistimewaan. Keunggulan lainnya terletak pada fleksibilitas pemakaian. Beberapa desain kebaya bisa dikenakan hingga tiga cara berbeda, termasuk bagi perempuan berhijab, sehingga lebih adaptif dengan kebutuhan masyarakat modern.
Siluet kebaya PERTIWI juga menampilkan detail tersembunyi seperti kancing dan tali yang bisa diatur sesuai gaya pemakainya. Hal ini memungkinkan setiap orang menafsirkan busana sesuai kepribadian, menjadikannya pengalaman personal setiap kali digunakan. Anastasia menegaskan, “I’m so very proud of it karena sebenarnya aku juga coba membuat kebaya ini menjadi sesuatu yang versatile, yang bisa dipakai tiga macam cara.”
Filosofi Warna yang Mendalam
Selain bentuk, filosofi warna koleksi ini sarat makna. Inspirasi warna diambil dari cara berpakaian ibu-ibu di desa. Gadis muda cenderung memilih warna netral, sementara perempuan yang sudah menikah lebih banyak menggunakan warna pekat seperti merah dan hitam. Dari sini lahir warna khas PERTIWI, termasuk ThreeBark Red, yang merupakan hasil eksplorasi pewarna alami dari kulit kayu.
Anastasia menjelaskan, “Filosofi warnanya ini bukan dimaksudkan harus merah putih atau terlalu Indonesia banget. Sebenarnya warna ini datang dari ibu-ibu di desa.” Setiap warna dirancang agar memiliki nilai estetika sekaligus filosofi yang mengakar pada tradisi lokal.
Keberlanjutan dari Desa ke Lemari
PERTIWI tidak hanya menonjolkan filosofi, tetapi juga mengusung prinsip keberlanjutan. Mulai dari kapas hingga pewarna, seluruh bahan ditanam sendiri dengan metode ramah lingkungan. Setiap proses produksi dapat ditelusuri, menjamin etika dan transparansi dalam fesyen.
Pewarna merah alami, misalnya, diperoleh dari tiga jenis kulit kayu dan membutuhkan penelitian bertahun-tahun untuk mencapai intensitas warna yang kuat tanpa bahan kimia. Selain itu, kapas lokal “kanesia” ditanam dengan metode tumpang sari sebagai simbol keberlanjutan. Transformasi bunga kapas dari putih ke merah muda setelah penyerbukan juga menjadi inspirasi filosofis untuk koleksi ini.
Selain merah, pewarna alami lain seperti tanaman pohon indigo digunakan untuk menghasilkan warna biru. Semua bahan berasal dari budi daya berkelanjutan tanpa deforestasi, serta melibatkan petani lokal, membuktikan semangat “farm to closet” SukkhaCitta.
Peran Masyarakat Desa dan Pengrajin
Keterlibatan pengrajin, khususnya perempuan desa, menjadi inti dari proses kreatif PERTIWI. Kesabaran, ketekunan, dan keteguhan mereka menghadapi kehidupan di desa menghidupkan setiap karya dengan kejujuran dan harapan. Dukungan terhadap regenerasi kapas lokal yang hampir punah juga menunjukkan komitmen SukkhaCitta menjaga sumber daya alam dan memberdayakan petani.
Nilai Autentik dan Karya Otentik
Dalam menghadapi dominasi merek fesyen besar, SukkhaCitta tetap fokus pada keahlian mereka: menghadirkan karya otentik dengan nilai kebaikan. Anastasia percaya bahwa publik akan merespons ketulusan di balik setiap proses kreatif. Dengan begitu, PERTIWI tidak sekadar koleksi busana, tetapi karya yang lahir dari tanah, diproses tangan pengrajin desa, dan dihidupkan kembali dalam format kontemporer agar generasi mendatang tetap mengenal identitas bangsanya.
PERTIWI menegaskan bahwa fesyen bisa menjadi medium pelestarian budaya, keberlanjutan, dan pemberdayaan sosial. Koleksi ini menjadi bukti bahwa kreativitas generasi muda bisa menyambungkan warisan masa lalu dengan kebutuhan masyarakat modern tanpa kehilangan makna dan nilai autentik.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?
- Sabtu, 06 September 2025
Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing
- Sabtu, 06 September 2025
Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing
- Sabtu, 06 September 2025
Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing
- Sabtu, 06 September 2025
Terpopuler
1.
11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!
- 06 September 2025
2.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
3.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
4.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025