Kisah Mbok Tumini, Penjual Tempe Tunanetra yang Inspiratif dengan Kedermawanan dan Keberanian

Selasa, 18 Februari 2025 | 08:14:28 WIB
Kisah Mbok Tumini, Penjual Tempe Tunanetra yang Inspiratif dengan Kedermawanan dan Keberanian

JAKARTA - Kisah nyata yang menggugah ini berasal dari sosok inspiratif bernama Mbok Tumini. Di tengah hiruk-pikuk Pasar Beringharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Mbok Tumini menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai penjual tempe dengan tulus dan ikhlas. Usia yang telah mencapai 70 tahun dan keterbatasan fisik sebagai penyandang tunanetra tidak menghalanginya untuk tetap semangat dan berdedikasi dalam menjajakan tempe yang menjadi andalan para pelanggan setianya.

Berjualan Sejak Muda

Mbok Tumini telah menggeluti profesi sebagai penjual tempe sejak masa mudanya. Kini, di usianya yang menginjak 70 tahun, ia masih setia menggelar dagangannya di sudut pasar dengan bantuan cucunya, Naim. Setiap pagi, cucunya tak pernah absen mengantarkan Mbok Tumini ke pasar sebelum menjalankan pekerjaan sebagai kuli panggul. Sesampainya di pasar, Naim membantu Mbok Tumini menata dagangannya sebelum meninggalkannya untuk bekerja.

Rutinitas Penuh Keberkahan

Berbeda dengan penjual tempe lainnya yang sibuk berbincang dan bergosip di antara waktu senggang, Mbok Tumini memilih waktu tersebut untuk bersenandung sholawat dan mengucap istigfar. Rutinitas ini tidak sekadar menjadi pengisi waktu, tapi juga menjadi sumber kekuatan spiritual bagi Mbok Tumini dalam menjalani kesehariannya.

Kualitas Tempe yang Memikat

Tidak heran bahwa tempe buatan Mbok Tumini selalu habis terjual sebelum pedagang lainnya. Selain kelezatannya yang sudah terkenal, tempe buatan Mbok Tumini juga dianggap "legend" oleh para pelanggannya. "Kenikmatan rasa ini datang dari bumbu cinta dan ketulusan," begitu tulis seorang pelanggan setia di media sosial sebagai bentuk apresiasi terhadap Mbok Tumini.

Berbagi Keuntungan dengan Rumah Tuhan

Keikhlasan adalah kunci dalam hidup Mbok Tumini. Setiap kali hasil penjualannya melebihi Rp50.000, Mbok Tumini selalu menyisihkan sebagian keuntungan untuk dimasukkan ke dalam kotak amal di masjid terdekat. Baginya, penghasilan yang melebihi modal dan keuntungan wajar sebesar Rp30.000 adalah rejeki titipan yang seharusnya diberikan kembali kepada Tuhan. "Yo nek oleh luwih saka untunnge damel tempe, nggeh diparingke maleh dateng gusto Allah, griyane gusti Allah nggeh teng masjid," ungkapnya dengan rendah hati.

Nilai Amanah dalam Setiap Transaksi

Meskipun penyandang tunanetra, Mbok Tumini tetap dipercaya oleh pelanggannya. Dia dengan ikhlas mempersilakan pembeli mengambil kembaliannya sendiri. Ada kalanya pembeli memberikan uang lebih, namun Mbok Tumini tetap mempercayakan kembalian diambil sesuai dengan titipan hati nurani pembelinya. “Susuke njupuk dewe yo nak,” katanya dengan penuh keikhlasan.

Pernah suatu ketika, hasil total penjualan mencapai Rp350.000, jauh melebihi rata-rata. "Ya kami masukkan ke masjid 300.000," ujar Naim, sang cucu. Inilah nilai luhur yang diajarkan Mbok Tumini, bahwa keberkahan datang saat kita ikhlas berbagi.

Penghidupan dari Sedekah dan Doa

Di tengah kesibukannya di pasar, Mbok Tumini juga memiliki keahlian memijat bayi. Tanpa meminta imbalan apapun, beliau bersedia membantu anak-anak yang sakit maupun rewel. Beliau meyakini bahwa setiap pertolongan yang dilakukan dengan niat baik akan mendatangkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Selain dikenal sebagai penjual tempe, Mbok Tumini ternyata adalah seorang hafidz, hafal Al-Quran meski tak lagi melihat. Karunia ini juga diberikan kepada cucunya yang tinggal bersamanya. Mereka hidup dalam kesederhanaan dengan prinsip kuat untuk terus mendekatkan diri kepada sang Pencipta.

Cucu-Cucu yang Dikayakan dengan Cinta

Mbok Tumini tidak sendiri. Dia mengasuh lima cucu dengan penuh kasih sayang, terdiri dari satu cucu kandung yaitu Naim, dan empat cucu angkat yang menjadi yatim piatu setelah tragedi kebakaran menimpa keluarga mereka. Di tengah keterbatasannya, Mbok Tumini tetap mampu memberikan cinta dan perhatian yang tiada tara.

Hikmah Inspiratif

Di era kapitalis yang serba materialistis, Mbok Tumini memancarkan cahaya bagi kita semua. Sikapnya yang lebih mementingkan berbagi daripada menumpuk harta menjadi teladan. Ini adalah pelajaran penting bahwa kebaikan, kejujuran, dan keikhlasan adalah fondasi dari setiap rezeki yang berkah.

Kisah ini menjadi cermin bagi generasi masa kini mengenai esensi hidup yang sebenarnya. Segala yang dilakukan Mbok Tumini bukanlah semata untuk mendapatkan pujian dari manusia, melainkan untuk meraih ridho dan keberkahan dari Allah SWT. Sebuah pelajaran penting yang semestinya kita renungkan dan teladani dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Terkini