Rabu, 10 September 2025

Program Fellowship TBC Jadi Strategi Kunci Kemenkes Atasi Kekurangan Dokter Paru demi Eliminasi TBC 2030

Program Fellowship TBC Jadi Strategi Kunci Kemenkes Atasi Kekurangan Dokter Paru demi Eliminasi TBC 2030
Program Fellowship TBC Jadi Strategi Kunci Kemenkes Atasi Kekurangan Dokter Paru demi Eliminasi TBC 2030

JAKARTA — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus mengintensifkan upaya pemberantasan Tuberkulosis (TBC) yang masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat nasional. Salah satu langkah konkret yang kini diambil adalah penerapan program fellowship TBC dan infeksi mikobakterium lainnya, sebagai respons atas minimnya jumlah dokter spesialis paru di seluruh Indonesia.

Dengan target ambisius untuk mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030, Kemenkes menilai ketersediaan tenaga medis ahli menjadi syarat mutlak agar layanan pengobatan TBC dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara merata.

TBC Masih Jadi Ancaman Serius di Indonesia

Baca Juga

Film Sukma: Teror Gaib dan Obsesi Kecantikan

TBC merupakan salah satu penyakit menular yang dapat disembuhkan, namun masih merenggut jutaan nyawa setiap tahunnya secara global. Indonesia menjadi salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia, terutama di kalangan usia produktif. Hal ini bukan hanya menjadi persoalan kesehatan masyarakat, tetapi juga membebani anggaran negara dari sisi ekonomi dan produktivitas tenaga kerja.

Sayangnya, pelayanan medis spesialis untuk TBC masih jauh dari ideal. Dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia, hanya sekitar 360 dokter spesialis paru yang tersedia saat ini. Ketimpangan akses terhadap layanan ini, khususnya di luar Pulau Jawa, menjadi hambatan signifikan dalam upaya pemberantasan penyakit menular ini.

Fellowship TBC, Solusi Akseleratif Tambah Dokter Paru

Menjawab kondisi tersebut, program fellowship TBC diluncurkan sebagai solusi strategis. Skema pendidikan lanjutan ini dirancang untuk mempercepat penambahan jumlah dokter spesialis paru dan tenaga kesehatan mikrobiologi yang dibutuhkan dalam diagnosis dan penanganan TBC.

“Kalau tidak dipercepat melalui fellowship ini, kita tidak bisa mengharapkan seluruh kabupaten kota di Indonesia memiliki dokter spesialis paru,” tegas Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. Dante Saksono Harbuwono.

Prof. Dante menekankan bahwa TBC merupakan prioritas utama Kemenkes di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah menargetkan penurunan angka TBC hingga 50 persen dalam beberapa tahun ke depan melalui percepatan layanan, penguatan SDM, dan pendekatan kolaboratif.

“Kita berupaya menurunkan angka tuberkulosis ini hingga 50 persen,” tambahnya.

Fokus di Tiga Kota Besar, Langkah Awal Pemerataan

Saat ini, program fellowship TBC telah dilaksanakan di tiga kota besar: Jakarta, Surabaya, dan Medan, dengan jumlah lulusan sekitar 10 hingga 11 orang per semester. Meski masih terbatas, program ini menjadi titik awal penting dalam membangun sistem layanan TBC yang merata dan inklusif.

“Program fellowship ini menjadi program penting terutama bagi masyarakat di daerah untuk menangani TBC secara paripurna,” ujar Prof. Dante.

Program ini tak hanya melibatkan pemerintah, tetapi juga menggandeng dunia pendidikan, rumah sakit pendidikan, praktisi kesehatan, hingga organisasi masyarakat sipil.

RSUP Persahabatan Siap Jadi Pusat Pendidikan TBC

Salah satu rumah sakit yang mengambil peran penting dalam penyelenggaraan program ini adalah RSUP Persahabatan di Jakarta. Direktur Utama RSUP Persahabatan, Prof. dr. Agus Dwi Susanto, menyatakan kesiapan institusinya sebagai pusat pembelajaran dan layanan TBC yang komprehensif.

“RS Persahabatan telah memiliki laboratorium mikrobiologi yang terstandar dan poliklinik terpadu untuk TBC dan non-TBC dalam satu gedung,” jelas Prof. Agus.

Rumah sakit ini juga telah dilengkapi dengan sistem tekanan negatif dan memperoleh akreditasi nasional, menjadikannya fasilitas yang ideal untuk pendidikan dan pelayanan TBC di tingkat lanjut.

Mikrobiologi Klinik sebagai Pilar Diagnostik

Tak hanya dokter paru, keberadaan dokter mikrobiologi klinik juga menjadi kunci keberhasilan penanganan TBC. Ketua Kolegium Mikrobiologi Klinik, dr. Yulia Rosa Saharman, menekankan pentingnya pemerataan tenaga laboratorium mikrobiologi dalam mempercepat proses diagnosis yang akurat dan menyeluruh.

“Kami menekankan pentingnya mikrobiologi klinik berjenjang mulai tingkat dasar hingga tingkat lanjut agar diagnosis cepat dan akurat dapat diakses seluruh masyarakat Indonesia,” ucap Yulia.

Ia juga menyampaikan permohonan dukungan kepada Kementerian Kesehatan agar program ini dapat berkelanjutan dan menjadi bagian dari transformasi pelayanan laboratorium klinis nasional.

“Kami memohon arahan dan dukungan dari Kementerian Kesehatan agar program bisa berjalan secara berkesinambungan dan menjadi bagian integral dari transformasi sistem pelayanan laboratorium klinis nasional,” tambahnya.

Sinergi Lintas Lembaga Jadi Kunci

Kementerian Kesehatan tak bergerak sendiri. Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) turut mendukung program ini dengan merumuskan standar kompetensi dan kurikulum pelatihan TBC bersama kolegium dan rumah sakit pendidikan.

“Program ini dikelola oleh Kolegium Mikrobiologi di bawah KKI, bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan seperti RS Persahabatan,” ujar Ketua KKI, drg. Arianti Anaya.

Ketua Kolegium Kesehatan Indonesia, dr. Supriyanto Dharmoredjo, juga menegaskan bahwa program fellowship TBC merupakan bagian dari strategi nasional jangka panjang menuju eliminasi TBC pada 2030.

“Kami percaya sinergi antar institusi adalah kunci sukses pembangunan kesehatan berbasis SDM yang kokoh dan berkelanjutan,” ujarnya.

Menuju Indonesia Bebas TBC

Dengan kolaborasi antara Kemenkes, institusi pendidikan kedokteran, rumah sakit rujukan, dan organisasi profesi, Indonesia kini memiliki fondasi kuat dalam menghadapi tantangan eliminasi TBC. Program fellowship TBC menjadi tonggak penting dalam mencetak tenaga ahli yang siap turun langsung ke daerah yang selama ini minim akses layanan spesialis.

Ketersediaan dokter paru dan mikrobiologi klinik yang merata akan memastikan layanan diagnosis dan pengobatan TBC yang cepat, akurat, dan berkualitas tersedia bagi seluruh rakyat Indonesia, tak hanya di kota besar, tetapi hingga ke pelosok.

Melalui pendekatan berbasis SDM, inovasi kebijakan, dan komitmen lintas sektor, Indonesia optimis mampu mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030, mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan produktif untuk masa depan yang lebih baik.

Sindi

Sindi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Daihatsu Ayla Tipe M: Harga Terjangkau dan Spesifikasi Lengkap

Daihatsu Ayla Tipe M: Harga Terjangkau dan Spesifikasi Lengkap

Mitsubishi Destinator: SUV 7 Penumpang Bertenaga dengan Efisiensi Tinggi

Mitsubishi Destinator: SUV 7 Penumpang Bertenaga dengan Efisiensi Tinggi

New Honda ADV160 RoadSync, Skutik Petualang Fitur Canggih

New Honda ADV160 RoadSync, Skutik Petualang Fitur Canggih

Honor Pad X9a Tablet Ringkas, Performa Tetap Prima

Honor Pad X9a Tablet Ringkas, Performa Tetap Prima

Asus Zenbook S14 OLED, Laptop Tipis Andalan Profesional

Asus Zenbook S14 OLED, Laptop Tipis Andalan Profesional