Bos IBM: AI Makin Diminati, Perbankan Jadi Sektor Paling Agresif dalam Pemanfaatan Teknologi
- Kamis, 13 Maret 2025

JAKARTA - Teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin diminati oleh berbagai sektor industri di Indonesia. Menurut survei terbaru dari IBM yang dirilis pada tahun 2024, sekitar 60 persen responden dari sektor korporasi di Indonesia telah berupaya mengintegrasikan AI dalam operasional mereka. Survei ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang kini memanfaatkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta mendorong inovasi dalam berbagai lini usaha mereka.
Roy Kosasih, Presiden Direktur IBM Indonesia, dalam acara IBM Ramadan Gathering di Jakarta pada Rabu (12/3), mengungkapkan bahwa sektor yang paling agresif dalam mengadopsi AI adalah industri perbankan. Ia menjelaskan bahwa sektor perbankan telah memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan proses operasional yang krusial, seperti pengecekan kredit dan pengelolaan data pelanggan. Dalam wawancaranya, Roy menyatakan bahwa AI memberikan kontribusi besar dalam mempercepat dan mempermudah dua bidang utama dalam operasional perbankan.
“Pertama, AI digunakan untuk pengecekan kredit atau credit scoring. Ketika perbankan menawarkan produk keuangan, mereka memerlukan informasi terkini mengenai calon peminjam. Melalui AI, bank dapat mengecek rekam jejak kredit calon peminjam secara lebih cepat dan akurat,” jelas Roy.
Baca Juga
Transformasi Proses Credit Scoring dengan AI
Sebelum penerapan AI, proses credit scoring di industri perbankan bergantung pada histori data calon nasabah, seperti riwayat pembayaran pinjaman atau saldo rekening. Informasi ini terkadang tidak cukup up-to-date, yang bisa menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Namun, dengan penggunaan teknologi AI, proses ini kini menjadi jauh lebih cepat dan akurat. AI mampu memproses data secara real-time dan memperbarui informasi secara otomatis. Ini memungkinkan pihak bank untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang calon peminjam, yang tentunya membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat.
“Dulu, hanya data historis yang digunakan untuk menilai kredit, yang kadang bisa menyesatkan. Dengan AI, kita mendapatkan informasi terkini, sehingga kredit scoring bisa disesuaikan dengan keadaan pasar yang terbaru. Hal ini penting karena keputusan yang salah dapat dihindari,” ungkap Roy.
AI juga berfungsi untuk mempercepat pemeriksaan sejarah kontrak kredit dengan perusahaan atau lembaga tertentu. Dalam hal ini, teknologi AI dapat memudahkan pekerjaan dalam hal pencarian dokumen dan memberikan keakuratan lebih tinggi, yang tentunya akan sangat menguntungkan sektor perbankan.
“AI juga digunakan untuk legal assistance dan document search. Pekerjaan yang dahulu memakan waktu lama kini dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan akurat, memfasilitasi operasional perbankan yang lebih efisien,” tambahnya.
Sektor Ritel Menyusul dengan Pemanfaatan AI dalam E-Commerce
Selain perbankan, sektor ritel juga termasuk dalam kategori industri yang agresif mengadopsi teknologi AI. Roy Kosasih menyebutkan bahwa sektor e-commerce merupakan salah satu contoh penerapan AI yang sangat maju. Teknologi AI digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen, seperti pola belanja, waktu berbelanja, dan preferensi produk.
“Di sektor e-commerce, AI digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kebiasaan belanja konsumen. Misalnya, apakah seseorang lebih sering berbelanja produk kosmetik di akhir bulan setelah menerima gaji, atau apakah mereka lebih memilih produk lain di tengah bulan. Informasi ini membantu perusahaan untuk menyesuaikan penawaran produk dengan pola belanja konsumen,” terang Roy.
Lebih jauh lagi, AI juga digunakan untuk memprediksi dan menyesuaikan produk yang ditawarkan kepada konsumen berdasarkan kebiasaan berbelanja mereka. Teknologi ini dapat mendeteksi pola dalam percakapan konsumen di media sosial atau aplikasi chat, seperti WhatsApp, untuk menawarkan produk yang relevan.
“Misalnya, jika seseorang ngobrol dengan teman tentang produk tertentu, AI dapat menangkap informasi tersebut dan menyesuaikan iklan atau produk yang ditawarkan. Ini memungkinkan e-commerce untuk lebih personal dan relevan dalam menawarkan produk kepada konsumen,” tambah Roy.
Perkembangan dan Tantangan Adopsi AI di Indonesia
Meskipun sektor-sektor di Indonesia semakin terbuka terhadap teknologi AI, adopsinya masih menghadapi beberapa tantangan. Menurut Roy, banyak perusahaan yang ingin menerapkan AI, tetapi beberapa di antaranya belum sepenuhnya siap dengan infrastruktur teknologi yang dibutuhkan.
“Tantangannya adalah infrastruktur dan kesiapan sumber daya manusia (SDM). Perusahaan harus memastikan bahwa mereka memiliki teknologi yang tepat dan SDM yang terampil untuk memanfaatkan AI secara maksimal. Jika tidak, maka potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari AI akan sangat terbatas,” ungkapnya.
Untuk itu, IBM juga berkomitmen untuk mendukung transformasi digital di Indonesia dengan memberikan berbagai solusi teknologi, termasuk dalam bidang AI, yang dapat membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan ini. Dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang, Roy percaya bahwa penerapan AI akan semakin meluas dan memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia.
“Kami di IBM siap mendampingi perusahaan di Indonesia dalam memanfaatkan teknologi AI dengan memberikan solusi yang tepat serta pelatihan kepada para profesional untuk mengoptimalkan potensi AI. Hal ini akan sangat membantu meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global,” jelas Roy.
Pemanfaatan AI di Berbagai Sektor Industri
Selain perbankan dan ritel, sektor lain seperti kesehatan, manufaktur, dan logistik juga semakin memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan mereka. Di bidang kesehatan, AI digunakan untuk menganalisis data medis, mendiagnosis penyakit, dan merancang perawatan yang lebih personal untuk pasien. Sedangkan di sektor manufaktur, AI diterapkan untuk mempercepat proses produksi dan mengoptimalkan rantai pasokan.
“Secara keseluruhan, kami melihat bahwa hampir semua sektor industri di Indonesia mulai menerapkan AI dalam operasional mereka. Ini adalah langkah besar yang akan membawa Indonesia menuju era digital yang lebih maju dan terhubung,” kata Roy.
Masa Depan Teknologi AI di Indonesia
Melihat potensi yang sangat besar, teknologi AI diperkirakan akan terus berkembang pesat di Indonesia, seiring dengan semakin terbukanya sektor industri terhadap inovasi teknologi. Adopsi AI oleh sektor perbankan dan ritel yang agresif menunjukkan bagaimana teknologi ini dapat mendukung efisiensi dan pertumbuhan bisnis.
Ke depannya, IBM akan terus berkomitmen untuk mendukung perusahaan di Indonesia dalam mengembangkan kemampuan mereka dalam bidang AI. Seiring dengan perkembangan pesat ini, Roy Kosasih optimistis bahwa penggunaan AI akan menjadi faktor kunci dalam mencapai keberhasilan bisnis yang berkelanjutan.
“Masa depan AI sangat cerah. Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang mengadopsi teknologi ini dengan tepat akan memiliki keunggulan kompetitif yang sangat besar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mempersiapkan diri dengan teknologi yang tepat dan sumber daya manusia yang terampil,” tutup Roy.
Dengan demikian, jelas bahwa adopsi AI akan terus menjadi tren besar dalam berbagai sektor industri di Indonesia, dengan sektor perbankan yang menjadi pionir dan sektor ritel yang menyusul di belakangnya. Ke depannya, teknologi ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga membuka peluang baru bagi perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
iQOO 13 Smartphone Flagship Harga Terjangkau
- 07 September 2025
2.
Rekomendasi POCO 2025: Hasil Foto Spektakuler
- 07 September 2025
3.
OnePlus Pad 2 Pro, Tablet Android Performa Gahar
- 07 September 2025
4.
Vivo X300 Hadir dengan Layar Perlindungan Mata
- 07 September 2025
5.
Itel A90 Limited Edition, Ponsel Tahan Banting
- 07 September 2025