Rabu, 10 September 2025

Israel Hentikan Pasokan Listrik ke Gaza: Menambah Derita Warga Palestina di Tengah Konflik Berkepanjangan

Israel Hentikan Pasokan Listrik ke Gaza: Menambah Derita Warga Palestina di Tengah Konflik Berkepanjangan
Israel Hentikan Pasokan Listrik ke Gaza: Menambah Derita Warga Palestina di Tengah Konflik Berkepanjangan

JAKARTA - Dalam eskalasi terbaru dari konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina, Menteri Energi Israel, Eli Cohen, telah memerintahkan penghentian pasokan listrik ke Jalur Gaza. Langkah ini mengikuti pengumuman sebelumnya Israel yang memblokir seluruh bantuan ke wilayah tersebut di tengah ketegangan yang memuncak akibat perselisihan berkepanjangan.

Eli Cohen, melalui pernyataan video yang dilansir AFP, menegaskan langkah tersebut sebagai bagian dari kebijakan tekanan keras terhadap Hamas. "Saya baru saja menandatangani perintah untuk segera menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza," kata Cohen. Ia menambahkan, "Kami akan menggunakan semua alat yang kami miliki untuk membawa kembali para sandera dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi berada di Gaza sehari setelah perang."

Langkah Pembalasan di Tengah Pengepungan

Tindakan tegas ini mengingatkan pada hari-hari awal konflik di mana Israel mengumumkan pengepungan yang mencakup pemutusan pasokan listrik ke wilayah tersebut. Satu-satunya jaringan listrik antara Israel dan Gaza penting untuk mengoperasikan pabrik desalinasi air utama yang melayani lebih dari 600.000 orang di sana. Sebelum ini, sambungan ke pabrik tersebut sudah pernah terputus setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dan baru berhasil tersambung kembali pada Juli 2024. Meskipun demikian, operasi penuh pabrik tersebut baru dapat dimulai kembali pada Desember akibat kerusakan jaringan listrik yang cukup parah.

Warga Gaza kemudian mengandalkan panel surya dan generator bahan bakar sebagai sumber listrik alternatif. Namun, dalam konteks pengepungan dan pemutusan listrik yang terus-menerus, situasi ini menambah beban bagi kehidupan sehari-hari di Jalur Gaza.

Gencatan Senjata di Bawah Ancaman

Aksi penghentian pasokan listrik ini terjadi di tengah pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung. Akhir pekan lalu, Israel mengumumkan akan memblokir pengiriman bantuan ke Gaza hingga militan Palestina menyetujui persyaratan untuk memperpanjang gencatan senjata, yang sebelumnya telah mengurangi intensitas pertempuran selama lebih dari 15 bulan.

Fase pertama gencatan senjata, yang berakhir pada 1 Maret, telah memungkinkan masuknya kebutuhan pokok, termasuk makanan, tempat tinggal, dan bantuan medis. Meskipun Israel menyatakan tertarik memperpanjang fase pertama hingga pertengahan April, Hamas menuntut transisi ke fase kedua yang ditujukan untuk mengakhiri konflik secara permanen.

Dalam konteks ini, Hamas menuduh Israel melakukan kejahatan perang melalui kebijakan hukuman kolektif dengan menghentikan bantuan. Menurut Hamas, tindakan tersebut juga berdampak pada sandera Israel yang masih tertahan di wilayah Gaza. Dari 251 tawanan yang ditangkap selama serangan Hamas pada Oktober 2023, 58 orang masih berada di Palestina, termasuk 34 orang yang telah dipastikan tewas oleh militer Israel.

Peningkatan Tekanan dan Ancaman Konsekuensi

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini memperingatkan Hamas mengenai "konsekuensi yang tidak dapat dibayangkan" jika tidak segera membebaskan sandera. Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu berencana untuk memberikan tekanan maksimum pada Hamas dalam minggu mendatang agar menerima perpanjangan fase pertama berdasarkan ketentuan Israel. Penyiar publik Kan menyebutkan Israel telah menyusun rencana untuk meningkatkan tekanan melalui skema yang dijuluki 'Rencana Neraka,' yang melibatkan tindakan menindaklanjuti blok bantuan, mengusir penduduk dari Jalur Gaza utara ke selatan, memutus pasokan listrik, dan memulai kembali pertempuran skala penuh.

Israel memang telah memberlakukan pengepungan total di Gaza pasca 9 Oktober 2023, memutus pasokan air, listrik, dan makanan, dan berubah-ubah dalam hal mengatur masuknya bantuan hingga kesepakatan gencatan senjata menciptakan peluang akses bantuan kemanusiaan yang lebih baik.

Tanggapan Internasional dan Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Dalam situasi yang semakin memanas ini, komunitas internasional ikut serta memperhatikan dan mendorong solusi damai. Namun, langkah-langkah Israel seperti pemutusan pasokan listrik kerap menimbulkan kritik tajam dari berbagai organisasi hak asasi manusia yang menilai tindakan ini memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.

Seperti tertuang dalam laporan badan-badan internasional, penghentian pasokan listrik dan pengepungan telah menyebabkan kondisi kehidupan di Gaza semakin memburuk, memperburuk situasi sanitasi, kesehatan, dan kesejahteraan warga sipil. Banyak pihak mendesak adanya solusi diplomatik yang komprehensif, di mana hak-hak semua pihak dipertimbangkan dan dipenuhi, guna meminimalkan penderitaan manusia yang terus berlangsung di wilayah tersebut.

Meskipun banyak tantangan dan ketidakpastian, harapan akan terciptanya perdamaian abadi di kawasan ini tetap ada, meski jalannya masih panjang dan penuh dengan hambatan yang kompleks. Keberhasilan proses ini bergantung pada itikad baik, upaya dialog dan keterbukaan dari semua pihak yang berkonflik beserta dukungan internasional.

Wahyu

Wahyu

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan

Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan

Sinergi Asperindo Dishub Perkuat Layanan Logistik Pontianak

Sinergi Asperindo Dishub Perkuat Layanan Logistik Pontianak

PLTS Hybrid PHR Permudah Belajar di SLB Rumbai

PLTS Hybrid PHR Permudah Belajar di SLB Rumbai

Balikpapan Tawarkan 5 Rumah Murah Strategis Dekat IKN

Balikpapan Tawarkan 5 Rumah Murah Strategis Dekat IKN

Pertamina NRE Perkuat Kolaborasi Energi Bersih Global

Pertamina NRE Perkuat Kolaborasi Energi Bersih Global