Megaproyek NEOM Arab Saudi Bohong: Proyek Berlangsung Seabad dan Memakan Banyak Korban
- Jumat, 28 Februari 2025

JAKARTA - NEOM, megaproyek ambisius Arab Saudi, kembali menjadi sorotan internasional. Proyek ini tak hanya dikenal dengan urbanisasi cerdasnya melalui pembangunan kota 'The Line', tetapi juga karena proyeksi durasi pembangunannya yang mengejutkan dan kontroversi akibat dampak sosial serta kematian para pekerja migran.
Proyeksi 100 Tahun untuk Mega Projek NEOM
Dalam acara World Economic Forum yang berlangsung di Davos pada 22 Januari 2025, Denis Hickey, Chief Development Officer NEOM, membuat pernyataan yang mengagetkan publik. Hickey menyatakan bahwa NEOM, yang diharapkan menjadi rumah bagi 9 juta orang, akan memerlukan waktu sekitar 100 tahun untuk benar-benar selesai dan sepenuhnya berfungsi. Pernyataan ini jauh melampaui prediksi sebelumnya yang diharapkan jauh lebih singkat. “Kami membangun kota yang direncanakan untuk menampung 9 juta orang. Skalanya seperti London dan New York City. Ini benar-benar proyek besar,” kata Hickey, seperti dikutip dari New Arab pada Kamis. "Membutuhkan waktu 100 tahun untuk mengisinya. Namun, kita harus merencanakannya dari sekarang," ia menambahkan.
Proyek raksasa ini mencakup pembangunan 'The Line', sebuah kota linear yang awalnya direncanakan membentang sepanjang 170 kilometer. Namun, skala proyek ini telah diturunkan, dan pada tahun 2030 diharapkan hanya 2,4 kilometer yang siap dari seluruh konstruksi awal. Target populasi awal untuk The Line yang semula mencapai 1,5 juta, diturunkan menjadi 300.000. Hickey juga mengonfirmasi bahwa panjang maksimal proyek ini mungkin hanya akan mencapai 100 kilometer dengan lebar 1,2 kilometer.
Dampak dan Fakta di Lapangan
NEOM dan 'The Line' memang merupakan simbol dari ekspansi ekonomi dan visi masa depan Arab Saudi, sejajar dengan program ambisius 'Visi 2030' milik Pangeran Mahkota Muhammad bin Salman. Proyek-proyek ini diharapkan membawa diversifikasi ekonomi dengan mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak. Namun, visi ini tidak dapat dipisahkan dari sejumlah dampak negatif yang mulai muncul ke permukaan, terutama terkait tenaga kerja migran.
Sejak dimulainya pembangunan proyek-proyek ambisius ini, kontroversi mencuat seputar kondisi kerja yang tidak manusiawi dan angka kematian pekerja yang dilaporkan tinggi. Mengacu pada laporan dari ITV, setidaknya 21.000 pekerja migran dari India, Bangladesh, dan Nepal telah tewas selama bekerja di proyek Visi 2030. Selain itu, lebih dari 100.000 lainnya dilaporkan hilang sejak tahun 2017.
Para pekerja di proyek ini sering kali menggambarkan kondisi kerja mereka dengan istilah ‘budak yang terperangkap’ dan ‘pengemis’, menyiratkan pelanggaran serius terhadap ketentuan keamanan dan keselamatan kerja. Hal ini diperparah dengan keberadaan sanksi finansial yang mempersempit kemungkinan para pekerja untuk meninggalkan negara tersebut setelah memperoleh persetujuan.
Kisah Menyedihkan dari Tanah Pembangunan
Dalam kasus yang memilukan, seorang pekerja asal Nepal bernama Raju Bishwakarma pernah menghubungi keluarganya dan teman-temannya, memohon pertolongan. Dia sempat mengatakan, "Tolong selamatkan saya," sebelum akhirnya ditemukan meninggal dunia di kamar tempat tinggalnya. Ada dugaan kuat bahwa kematian tersebut terkait dengan ancaman denda setara gaji lima bulan yang harus dibayar jika ingin meninggalkan Arab Saudi. Pasalnya, hal ini menjadi kisah miris yang menggambarkan betapa tragisnya kondisi para pekerja di sana.
Data dari Dewan Ketenagakerjaan Luar Negeri Nepal melaporkan bahwa lebih dari 650 kematian pekerja migran Nepal di Arab Saudi masih belum terpecahkan dan memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Melawan Arus untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Publik Investment Fund (PIF) Arab Saudi, yang merupakan penopang proyek NEOM, terus berusaha mengubah citra kontroversial ini dengan mempromosikan investasi di sejumlah sektor lain, termasuk teknologi, olahraga internasional, dan proyek metro baru di Riyadh. Namun ke depan, pertanyaan besar tetap ada mengenai apakah Arab Saudi mampu membangun masa depannya yang megah dan modern tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan serta kesejahteraan pekerja.
Berbagai laporan yang muncul ini memicu desakan internasional bagi Arab Saudi untuk memperhatikan hak dan kondisi para pekerja migran yang menjadi tulang punggung megaproyek mereka. Transparansi dan tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek serta kesejahteraan pekerja harus menjadi prioritas agar ambisi modernisasi tidak berjalan di atas penderitaan manusia.
Dengan berbagai dinamika yang ada saat ini, perjalanan NEOM menuju masa depan yang dirancang dalam 'Visi 2030' masih panjang dan sarat tantangan, baik dari segi teknis, ekonomi, maupun sosial. Bukan hanya waktu dan investasi finansial yang menjadi penentu keberhasilan, tetapi juga kebijakan yang adil bagi para pekerja, yang pada akhirnya akan menjadi penopang utama kesuksesan dan reputasi Arab Saudi di kancah internasional.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Sinergi BRIN dan UBSI Dorong Riset Inovasi Indonesia
- 11 September 2025
2.
Yamaha Uji Pasar Kendaraan Listrik Swap Battery
- 11 September 2025
3.
Jepang Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit Global
- 11 September 2025
4.
Jadwal Pelni KM Nggapulu September Oktober 2025
- 11 September 2025
5.
HUT KAI 2025 Hadirkan Promo Diskon Tiket Spesial
- 11 September 2025