Penyeragaman Kemasan Rokok: Ancaman bagi Pekerja Industri Tembakau Nasional?
- Sabtu, 22 Februari 2025
.jpeg)
JAKARTA - Rencana pemerintah untuk melakukan penyeragaman kemasan rokok tanpa identitas merek melalui Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) menuai kritik dan kekhawatiran dari pelaku industri tembakau. Kebijakan ini dinilai dapat mengancam keberlangsungan pekerjaan jutaan pekerja di sektor tersebut, yang selama ini menjadi penopang ekonomi bagi banyak masyarakat, baik di tingkat hulu sampai hilir. Kekhawatiran ini mencuat dalam pernyataan Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM-SPSI), Sudarto AS.
Menurut Sudarto, dampak penyeragaman kemasan rokok jika tidak dipertimbangkan dengan matang bisa meluas dan mempengaruhi ekosistem industri tembakau yang sudah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. "Industri tembakau dari hulu sampai hilir melibatkan pekerja yang sangat besar. Setiap kebijakan yang menekan industri tembakau dipastikan dapat berdampak besar terhadap keberlangsungan pekerja di dalamnya," kata Sudarto, Sabtu .
Dampak Ekonomi dan Sosial
Industri tembakau memang menjadi salah satu sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, termasuk petani tembakau, buruh pabrik, dan pedagang di berbagai daerah. Hal ini membuat kekhawatiran akan kebijakan baru yang mengatur penyeragaman kemasan rokok berdampak langsung terhadap kehidupan jutaan orang yang sehari-harinya bergantung pada sektor ini.
Sudarto menyebutkan bahwa saat ini saja, dampak pandemi COVID-19 masih terasa dan banyak industri, termasuk tembakau, belum sepenuhnya pulih. Banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan daya beli masyarakat masih rendah. Dengan demikian, kebijakan yang bisa menekan industri lebih jauh tidak hanya tidak sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi, tetapi juga bertentangan dengan visi Presiden Joko Widodo yang ingin menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat.
Kekhawatiran Pedagang Kecil
Salah satu dampak penyeragaman kemasan yang paling dirasakan adalah pada tingkat usaha kecil dan pedagang. Pedagang kecil kerap mengandalkan penjualan rokok dengan identitas dan merek tertentu sebagai salah satu penopang omzet mereka. Bila kemasan diseragamkan, para konsumen mungkin akan beralih atau mengurangi konsumsi, yang secara langsung memengaruhi pendapatan pedagang.
"Jika kebijakan penyeragaman kemasan rokok (tanpa identitas merek) ini dipaksakan, maka kondisi (industri) akan semakin parah dan berdampak pada PHK," ujar Sudarto. Tentu hal ini menjadi kekhawatiran besar, terutama bagi mereka yang bergantung pada industri ini untuk mendapatkan penghasilan.
Sumbangan bagi Penerimaan Negara
Selain menjadi sumber mata pencaharian bagi jutaan penduduk, industri tembakau juga telah memberikan kontribusi cukup besar terhadap penerimaan negara. Melalui pajak dan cukai yang dibayarkan, sektor ini menjadi salah satu sumber pendapatan yang signifikan bagi kas negara. Penyeragaman kemasan dikhawatirkan bisa mengurangi minat membeli, menurunkan produksi, dan akhirnya mengurangi pemasukan negara dari sektor ini.
Oleh karena itu, Sudarto mendesak agar pemerintah dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait kebijakan ini. "Kami berharap pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap industri tembakau yang telah menyerap tenaga kerja secara signifkan dan meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat Indonesia," tambah Sudarto.
Call to Action: Pertimbangan Mendalam sebelum Implementasi
Dengan mempertimbangkan dampak yang begitu luas, mulai dari ancaman PHK, penurunan pendapatan pedagang kecil, hingga berkurangnya sumbangan bagi penerimaan negara, perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam sebelum kebijakan penyeragaman kemasan rokok diimplementasikan. Sudarto dan para pekerja di industri ini berharap pemerintah dapat membuka dialog dengan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi yang tidak hanya bermanfaat dari sisi kesehatan masyarakat tetapi juga mempertahankan dan bahkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada industri tembakau.
Di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi, kebijakan yang berdampak pada industri besar seperti tembakau harus dilakukan dengan pendekatan yang hati-hati, agar tidak berujung pada masalah sosial dan ekonomi baru di tengah masyarakat. Upaya menjaga keseimbangan antara kesehatan publik dan pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang bijaksana sangatlah penting agar Indonesia dapat melangkah maju dengan kemajuan yang berkelanjutan di berbagai sektor.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Mengenal Taekwondo, Latihan Fisik dan Mental Optimal
- 09 September 2025
2.
Taichi Tenangkan Pikiran dan Kurangi Stres Harian
- 09 September 2025
3.
Film Sukma: Teror Gaib dan Obsesi Kecantikan
- 09 September 2025
4.
BYD M6: MPV Listrik Modern dengan Kabin Luas dan Fitur Canggih
- 09 September 2025
5.
Daihatsu Ayla Tipe M: Harga Terjangkau dan Spesifikasi Lengkap
- 09 September 2025