Unilever Indonesia (UNVR) Terpukul: Saham Anjlok ke Level Terendah dalam 15 Tahun
- Sabtu, 22 Februari 2025

JAKARTA - Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami tekanan hebat, jatuh sebesar 4,44% ke harga Rp 1.290 pada penutupan perdagangan Jumat, 21 Februari 2025. Harga ini merupakan titik terendah yang dicapai dalam 15 tahun terakhir, menggambarkan tantangan besar yang tengah dihadapi perusahaan tersebut di pasar modal.
Volume perdagangan saham UNVR mencapai 37,42 juta lembar saham dengan frekuensi transaksi sebanyak 7.581 kali, menghasilkan nilai transaksi total sebesar Rp 49,02 miliar. Dari total penjualan tersebut, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 26,6 miliar dari keseluruhan nilai transaksi jual yang mencapai Rp 40,8 miliar. Ini semakin mengukuhkan sentimen negatif yang meliputi saham merek terkenal di industri barang konsumsi ini.
Tidak hanya tertekan dalam jangka pendek, saham UNVR juga mencatat penurunan tajam dalam rentang waktu yang lebih lama. Dalam periode year to date (ytd), saham ini telah terkoreksi sebesar 31,56%, sementara itu untuk periode setahun terakhir, penurunannya mencapai 52,04%. Kondisi yang pelik ini menandakan adanya tantangan signifikan dalam operasional dan strategi perusahaan di pasar domestik maupun internasional.
Bagi Unilever Indonesia, tekanan semakin meningkat setelah FTSE Russel, dalam tinjauan semi annual terbaru dari FTSE Global Equity Index Series, mengeluarkan saham UNVR dari perhitungan dalam kategori Large Cap dan memasukkannya ke dalam kategori Mid Cap. “Perubahan ini akan berlaku efektif setelah penutupan perdagangan pada Jumat, 21 Maret 2025,” jelas pengumuman resmi dari FTSE Russell.
Perubahan dalam indeks ini bukanlah satu-satunya beban bagi saham Unilever Indonesia. Sebelumnya, MSCI juga mengumumkan hasil review dari MSCI Global Standard Indexes. Hasil peninjauan ini mengeluarkan UNVR dari hitungan indeks bergengsi tersebut. “MSCI Inc mengumumkan hasil tinjauan indeks Februari 2025 untuk MSCI Equity Indexes. Semua perubahan akan diterapkan pada penutupan 28 Februari 2025,” ungkap keterangan resmi MSCI yang dirilis pada tanggal 12 Februari 2025.
Perubahan dalam indeks global seperti FTSE dan MSCI memiliki implikasi besar bagi saham perusahaan, terutama karena indeks tersebut sering dijadikan acuan oleh kalangan investor institusi besar. Dampak dari penghapusan ini termasuk kemungkinan penurunan minat pembelian dari investor besar yang mengikuti indeks.
Sementara itu, kinerja keuangan Unilever Indonesia juga mengalami tekanan. Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan mencatatkan penurunan laba bersih menjadi Rp 3,36 triliun pada tahun 2024, melemah 30% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,8 triliun. Hal ini berarti laba per saham juga turun menjadi Rp 88 untuk periode per 31 Desember 2024, dibandingkan Rp 126 di tahun 2023.
Penurunan laba bersih ini sejalan dengan penurunan penjualan bersih, yang tercatat sebesar Rp 35,13 triliun pada tahun 2024 dibandingkan dengan Rp 38,61 triliun pada tahun sebelumnya. Faktor-faktor pendorong penurunan ini termasuk persaingan yang semakin ketat di industri barang konsumsi, serta tantangan ekonomi makro yang mempengaruhi daya beli konsumen di Indonesia.
Dalam menghadapi situasi ini, pihak Unilever Indonesia menyatakan akan melakukan berbagai langkah strategis untuk mengembalikan kepercayaan investor. “Kami menyadari tantangan yang ada dan tengah berupaya keras untuk memperkuat portofolio produk serta meningkatkan efisiensi operasional guna mendongkrak kinerja keuangan kami. Fokus kami adalah untuk mengembalikan kepercayaan pasar,” kata salah satu sumber dari manajemen Unilever Indonesia.
Situasi ini menunjukkan bahwa Unilever Indonesia harus segera beradaptasi dan mencari cara untuk mengimbangi tekanan dari pasar domestik maupun internasional. Dengan persaingan yang semakin ketat dan berbagai tuntutan dari konsumen, langkah inovatif dan strategi yang tepat menjadi kunci untuk melewati masa sulit ini.
Ke depan, investor dan analis pasar akan terus memantau langkah yang diambil oleh manajemen Unilever Indonesia dalam menghadapi tantangan ini. Kemampuan perusahaan untuk berinovasi dan beradaptasi terhadap perubahan pasar akan menjadi faktor penentu bagi pemulihan kinerja saham UNVR di masa depan.
Mengikuti perkembangan ini, stakeholder perusahaan, termasuk konsumen, karyawan, dan investor, akan menantikan perubahan positif yang mampu mendorong pertumbuhan dan stabilitas bagi Unilever Indonesia.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
8 Mobil Listrik Modern Hadir dengan Aplikasi Canggih
- 10 September 2025
2.
Makanan Tradisional Jepang Mendukung Umur Panjang Sehat
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Hari Ini
- 10 September 2025
4.
PLN Pastikan Tarif Listrik September 2025Tetap Stabil
- 10 September 2025
5.
Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan
- 10 September 2025