Rabu, 10 September 2025

Surabaya Melampaui Jakarta: Kota dengan Kemacetan Terparah ke-4 di Indonesia

Surabaya Melampaui Jakarta: Kota dengan Kemacetan Terparah ke-4 di Indonesia
Surabaya Melampaui Jakarta: Kota dengan Kemacetan Terparah ke-4 di Indonesia

JAKARTA - Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, kini menghadapi tantangan besar dalam hal lalu lintas. Berdasarkan laporan terbaru TomTom Traffic Index, Surabaya dinilai sebagai kota termacet ke-4 di Indonesia, mengungguli ibukota Jakarta dalam hal tingkat kemacetan. Hal ini menjadi jendela untuk melihat lebih dalam kondisi lalu lintas kota-kota besar di Indonesia dan mencari solusi yang bisa diterapkan.

Menurut Dr. Machsus, seorang Pakar Transportasi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), hasil analisis TomTom Traffic Index ini mengungkapkan posisi Surabaya yang cukup mencengangkan di panggung global, menempati peringkat ke-70 dari total 500 kota yang diukur di seluruh dunia. “Betul, berdasarkan laporan TomTom Traffic Index 2024, Surabaya memang dinilai memiliki tingkat kemacetan lebih tinggi daripada Jakarta.

Surabaya, yang selama ini tidak terlalu dikenal sebagai kota dengan lalu lintas padat seperti Jakarta, ternyata memiliki kondisi yang lebih kompleks, terutama disaat jam-jam sibuk. TomTom Traffic Index melakukan pengukuran kemacetan berdasarkan waktu tempuh dan kepadatan lalu lintas di berbagai titik di kota. Hal ini mencerminkan bahwa meskipun Jakarta memiliki jumlah kendaraan yang lebih banyak, sistem transportasi publik yang lebih berkembang di Jakarta mampu mengendalikan situasi lalu lintas dengan lebih efektif.

Di Jakarta, berbagai infrastruktur transportasi telah dibangun dan diintegrasikan dengan baik. Keberadaan MRT, LRT, dan TransJakarta, serta kebijakan pengendalian lalu lintas seperti aturan ganjil-genap, sangat membantu mengurangi tekanan kendaraan pribadi di jalan raya. "Di Jakarta, meskipun jumlah kendaraan banyak, sistem transportasi umum yang terintegrasi seperti MRT, LRT, dan TransJakarta membantu mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan,” kata Dr. Machsus.

Sebaliknya, Surabaya masih memiliki ketergantungan tinggi terhadap kendaraan pribadi. Transportasi umum seperti Suroboyo Bus dan Trans Semanggi belum berkembang secara memadai sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan mobilitas warga secara optimal. Ini menjadi salah satu penyebab utama kemacetan pada jalan-jalan utama seperti Jalan Ahmad Yani, Bundaran Waru, dan Jalan Raya Darmo, terutama di jam-jam sibuk. “Di sisi lain, Surabaya masih sangat bergantung kendaraan pribadi karena transportasi umum seperti Suroboyo Bus dan Trans Semanggi belum cukup memadai,” tambah Dr. Machsus.

Selain Surabaya, kota-kota lain seperti Bandung, Medan, dan Palembang juga menghadapi tantangan serupa. Berdasarkan waktu tempuh, keempat kota ini lebih macet dibandingkan Jakarta. Faktor utama yang mempengaruhi keadaan ini adalah keterbatasan transportasi umum yang tersedia untuk masyarakat. “Ya, tentu saja. Salah satu alasan utama mengapa keempat kota ini lebih macet dari Jakarta adalah karena transportasi umum yang masih terbatas dan kurang efektif,” tegas Dr. Machsus.

Mengantisipasi dan mengatasi kemacetan tidak bisa hanya bergantung pada satu solusi. Diperlukan pendekatan multidimensi dengan mengintegrasikan kebijakan, inovasi teknologi, dan peningkatan infrastruktur. Dukungan terhadap pengembangan transportasi umum yang lebih efisien dan menarik juga harus menjadi prioritas.

Dalam analisisnya, TomTom Traffic Index tidak hanya mengukur tingkat kemacetan, tetapi juga seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dalam kondisi normal versus ketika lalu lintas padat. Hal ini menunjukkan bahwa jika transportasi publik tidak menjadi pilihan utama masyarakat, kendaraan pribadi akan terus mendominasi jalanan dan menyebabkan kepadatan meningkat. Ini merupakan tantangan yang tidak mudah, namun bukan tidak mungkin diatasi.

Melihat ini, pembelajaran dapat digali dari pengalaman Jakarta dalam mengembangkan sistem transportasi umum. Investasi dalam MRT, LRT, dan pengembangan transportasi bus yang lebih efisien bisa menjadi solusi yang dapat diterapkan di kota-kota lain di Indonesia, termasuk Surabaya, untuk mengurangi kemacetan. Dukungan pemerintah, kemauan politik, dan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci dalam menangani permasalahan ini.

Kesimpulannya, meskipun Surabaya berhasil mengungguli Jakarta dalam hal kemacetan, tantangan yang dihadapi adalah tentang bagaimana mengelola transportasi dan mobilitas urban secara lebih efektif. Dengan pembaruan pada sistem transportasi publik dan kebijakan lalu lintas yang lebih komprehensif, Surabaya dan kota-kota lainnya di Indonesia dapat meredakan kemacetan dan menjadikan lingkungan kotanya lebih nyaman dan efisien. “Oleh karena itu, waktu tempuh yang lama di keempat kota ini dapat dikaitkan dengan transportasi umum yang kurang maksimal,” ujar Dr. Machsus.

David

David

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BMKG Kalbar Umumkan Prakiraan Cuaca Lengkap Hari Ini

BMKG Kalbar Umumkan Prakiraan Cuaca Lengkap Hari Ini

Daftar Harga Mobil Listrik Lengkap September 2025

Daftar Harga Mobil Listrik Lengkap September 2025

Penerbangan Banyuwangi Surabaya PP Dibuka Kembali

Penerbangan Banyuwangi Surabaya PP Dibuka Kembali

Cara Cek Bansos PKH BPNT September 2025

Cara Cek Bansos PKH BPNT September 2025

Jadwal Penyeberangan TAA ke Bangka Lebih Praktis Hari Ini

Jadwal Penyeberangan TAA ke Bangka Lebih Praktis Hari Ini