
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia mengalami lompatan signifikan pada hari Senin, 17 Februari 2025. Pada akhir sesi pertama perdagangan, IHSG naik 2,12% ke level 6.779,13, melanjutkan tren penguatan yang telah terjadi sejak akhir pekan lalu. Kenaikan ini datang setelah indeks mengalami tekanan selama dua pekan sebelumnya.
Sepanjang pagi perdagangan, volume transaksi mencapai angka menarik dengan Rp 5,49 triliun terlibat dalam 8,81 miliar saham dan total transaksi mencapai 751 ribu kali. Dalam konteks ini, 398 saham bergerak di wilayah positif, sementara 193 saham berakhir di zona merah, dan 185 saham tetap stagnan.
Secara sektoral, pergerakan IHSG didominasi oleh kenaikan di beberapa bidang, meskipun sektor non-primer dan kesehatan masih menunjukkan penurunan. Sektor-sektor dengan penguatan terbesar meliputi properti, energi, keuangan, dan barang baku. Kenaikan ini terutama ditopang oleh saham-saham blue chip, terutama dari sektor perbankan besar.
Saham Bank Mandiri (BMRI) mengalami lonjakan 5,37%, menjadi penopang utama IHSG dengan kontribusi sebesar 24,58 poin. Selain itu, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga mencatat kenaikan 3,63%, setara dengan 21,51 indeks poin. Saham lain yang turut mendukung penguatan IHSG adalah Barito Renewables Energy (BREN), Bank Central Asia (BBCA), dan Telkom Indonesia (TLKM), yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 19, 13, dan 10 indeks poin.
Menurut analis pasar keuangan, Hendra Setiawan, pergerakan positif IHSG ini dipengaruhi oleh optimisme pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri. "Penguatan IHSG di awal pekan ini mencerminkan keyakinan investor terhadap pemulihan ekonomi domestik yang didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif," kata Hendra.
Mayoritas pelaku pasar juga bersiap menyambut sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis pekan ini, dengan fokus utama pada data neraca perdagangan, kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI), serta pertumbuhan kredit perbankan.
Neraca Dagang
Penting bagi pelaku pasar untuk memperhatikan rilis data neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2025 yang dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 17 Februari 2025. Data menunjukkan surplus neraca dagang mencapai US$ 3,45 miliar, didorong oleh nilai impor yang lebih rendah, yaitu US$ 18 miliar sementara ekspor mencapai US$ 21,45 miliar. Surplus ini menandai 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, menciptakan sentimen positif di pasar modal domestik.
Suku Bunga BI
Sementara itu, penetapan suku bunga Bank Indonesia menjadi perhatian utama berikutnya. Pada Rabu, 19 Februari 2025, Bank Indonesia dijadwalkan untuk mengumumkan kebijakan suku bunga acuan atau BI rate. Sebelumnya, dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 Januari 2025, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. "Keputusan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kredit dan mendukung pemulihan ekonomi nasional," jelas Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi persnya. Suku bunga Deposit Facility tetap pada 5% dan Lending Facility pada 6,5%.
**Neraca Pembayaran Indonesia**
Selanjutnya, data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan Transaksi Berjalan kuartal IV-2024 akan diumumkan oleh BI pada Kamis, 20 Februari 2025. Pada kuartal III-2024, NPI mencatat surplus sebesar US$ 5,9 miliar, sementara neraca transaksi berjalan mengalami defisit sebesar US$ 2,2 miliar atau setara 0,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). BI memperkirakan bahwa neraca transaksi berjalan akan tetap sehat pada 2024, dengan defisit diproyeksikan berkisar antara 0,1-0,9% dari PDB.
Risalah The Fed
Dari luar negeri, risalah pertemuan The Fed atau FOMC Minutes yang akan dirilis pada Kamis, 20 Februari 2025, menjadi perhatian utama bagi investor global. Dalam dot plot bulan Desember, ekspektasi pemangkasan suku bunga diperkirakan akan berkurang, kemungkinan hanya terjadi dua kali. Namun, inflasi yang ketat pada bulan Januari membuat proyeksi kebijakan moneter berikutnya menjadi lebih penting. "The Fed menunjukkan kecenderungan untuk tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga, mempertimbangkan inflasi yang masih di atas normal," ujar Jerome Powell, Ketua The Fed dalam pidatonya minggu lalu. Berdasarkan CME FedWatch Tool, kemungkinan pemangkasan suku bunga kini menyusut menjadi satu kali pada bulan September dengan probabilitas sebesar 42,6%.
Dengan serangkaian sentimen positif dan perkembangan ekonomi yang optimis, IHSG diperkirakan akan tetap berada dalam tren positif. Investor diharapkan tetap waspada dan mencermati berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pasar ke depan.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Harga Emas Hari Ini Stabil Menguat Positif
- 07 September 2025
2.
KUR BSI 2025 Dukung UMKM Tumbuh Positif
- 07 September 2025
3.
KUR BCA 2025 Permudah UMKM Raih Modal
- 07 September 2025
4.
Mudahnya Akses KUR BNI September 2025
- 07 September 2025
5.
Saldo Minimum Jadi Syarat Prioritas Bank Ternama
- 07 September 2025