Wamen: Tradisi Luhur Harus Jadi Fondasi Pendidikan Karakter Anak Bangsa

Jumat, 20 Juni 2025 | 09:44:14 WIB
Wamen: Tradisi Luhur Harus Jadi Fondasi Pendidikan Karakter Anak Bangsa

JAKARTA — Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar?Riza?Ul?Haq, menegaskan pentingnya memasukkan nilai-nilai tradisi luhur bangsa ke dalam proses pendidikan karakter generasi muda. Pernyataan ini disampaikan saat menghadiri upacara adat Seren Taun di Cagar Budaya Nasional Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Integrasi Tradisi dalam Pendidikan Karakter

Pada kesempatan tersebut, Fajar menyatakan bahwa unsur-unsur seperti Pancasila, agama, dan budaya luhur merupakan fondasi utama pendidikan karakter di Indonesia. “Pancasila, agama, budaya luhur adalah nilai karakter pendidikan kita. Nilai tradisi luhur dapat memancarkan serta menebarkan benih?benih kebaikan terutama bagi generasi muda di masa kini dan yang akan datang,” ujarnya.

Menurut Fajar, nilai-nilai luhur tradisi tidak hanya relevan untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter generasi muda yang berintegritas, beretika, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, unsur-unsur budaya lokal harus diajarkan secara sistematis dalam kurikulum pendidikan dan aktivitas pembelajaran sehari-hari.

Upacara Seren Taun: Tradisi dan Pendidikan Karakter

Upacara adat Seren Taun yang rutin digelar masyarakat Sunda di Cigugur menjadi momen simbolis bagi Fajar untuk memperkuat bahwa budaya tradisi bisa menjadi wahana pendidikan karakter yang efektif.

Seren Taun bukan sekadar upacara syukur atas hasil panen padi, tetapi juga sarat dengan makna-nilai kehidupan seperti rasa syukur, persatuan, ketahanan pangan, dan keselarasan dengan alam. Keberadaan upacara ini dalam agenda tahunan menunjukkan bahwa warisan budaya dapat menjadi sarana pembelajaran yang hidup dan kontekstual.

Rasa Syukur dan Kemandirian Pangan

Dalam arahannya, Fajar mengaitkan nilai syukur dalam Seren Taun dengan visi nasional terkait ketahanan pangan:

“Rasa syukur panen dalam Seren Taun menandakan kita memiliki ketahanan pangan yang oleh Presiden Prabowo sering disebut sebagai ‘kemandirian pangan’. Itu terbukti dan mewujud. Hal inilah yang menjadi modal sosial kekuatan pangan kita,” ujarnya.

Dengan menyelaraskan tradisi lokal yang menyiratkan rasa syukur terhadap alam dan hasil panen, masyarakat bisa membangun kesadaran akan pentingnya kemandirian pangan dan nilai-nilai tanggung jawab kolektif.

Peran Budaya Lokal di Tengah Tantangan Global

Fajar juga menyoroti tantangan yang dihadapi tradisi budaya lokal dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi:

“Apa yang menjadi tradisi kita tetap kita lestarikan di tengah tantangan yang ada dan bermacam polanya. Urang Sunda saya yakin dapat menguatkan antara nilai kebudayaan tradisi dengan nilai?nilai kemajuan,” katanya.

Khusus untuk masyarakat Sunda, menurut Fajar, integrasi antara nilai tradisi dan kemajuan modern sangat penting agar generasi muda tetap bisa berakar pada identitas lokal, sambil bergerak maju dalam menghadapi tantangan global.

Tradisi Sebagai Bagian Warisan Budaya Nasional

Lebih lanjut, Wakil Menteri menegaskan bahwa tradisi yang tumbuh di masyarakat adalah bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya nasional. Oleh sebab itu, tradisi harus dijaga keberlanjutannya dan diwariskan kepada generasi mendatang melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

Pendekatan ini sejalan dengan upaya menciptakan sistem pendidikan yang menghargai identitas budaya lokal dan mengadopsi metode pembelajaran kontekstual. Upacara adat, musik tradisional, tarian, bahasa daerah, hingga filosofi lokal harus menjadi bagian dari pengalaman pendidikan sehari-hari.

Harmonisasi antara Manusia, Alam, dan Budaya

Menurut Fajar, praktek Seren Taun mencerminkan nilai-nilai harmonisasi antara manusia, alam, dan budaya. Ketiganya membentuk sebuah kesatuan yang saling menopang dan memperkaya. Tradisi seperti ini memiliki nilai moral tinggi dan bisa menjadi modal karakter bagi anak-anak dan remaja.

Melalui Seren Taun, masyarakat belajar makna syukur, kebersamaan, dan rasa saling memiliki. Nilai-nilai inilah yang harus ditransfer ke dalam sistem pendidikan karakter, sehingga siswa tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan sosial yang kuat.

Langkah Konkret Integrasi Tradisi dalam Sekolah

Wamen Fajar mengusulkan sejumlah langkah konkret agar nilai tradisi bisa terintegrasi dalam proses pendidikan:

Penguatan kurikulum lokal – memasukkan materi budaya dan tradisi ke dalam mata pelajaran seperti PPKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, dan Muatan Lokal.

Program ekstrakurikuler kebudayaan – sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan seperti pementasan seni tradisional, upacara adat, atau kunjungan budaya.

Pelibatan tokoh adat dan budayawan – mengundang narasumber lokal untuk berbagi cerita, filosofi, dan kearifan lokal.

Wisata edukasi budaya – membawa siswa ke lokasi-lokasi warisan budaya, seperti Cagar Budaya, desa adat, atau museum.

Upaya tersebut diyakini dapat membuat pembelajaran lebih bermakna, relevan, serta menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya nasional.

Seruan kepada Semua Elemen Bangsa

Pesan Wamen Fajar tidak hanya ditujukan kepada pemerintah, tetapi juga kepada masyarakat, dunia pendidikan, dan lembaga budaya:

Orangtua dan masyarakat: untuk terus melestarikan tradisi di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Guru dan pengajar: untuk mengemas pendidikan dengan pendekatan budaya yang kreatif dan interaktif.

Pemerintah daerah: untuk mendukung kegiatan budaya lokal dan menyediakan fasilitas pelestarian budaya.

Pelajar dan generasi muda: untuk aktif belajar, memahami, dan menghargai warisan budaya daerahnya.

Dengan kolaborasi semua pihak, tradisi luhur dapat tetap hidup dan menjadi bagian relevan dalam kehidupan modern.

Wamen Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar?Riza?Ul?Haq, menyampaikan satu pesan penting: tradisi luhur bangsa harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan karakter generasi muda. Melalui integrasi nilai budaya seperti Pancasila, agama, dan nilai-nilai lokal seperti rasa syukur, tanggung jawab, dan harmoni, diharapkan karakter anak-anak Indonesia semakin kuat, berakar, namun tetap siap bersaing di era global.

Upacara adat Seren Taun menjadi contoh nyata bagaimana nilai budaya bisa dijadikan media pembelajaran hidup. Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut dalam sistem pendidikan dan kehidupan sehari-hari, Indonesia tidak hanya melestarikan kebudayaan, tetapi juga membentuk anak bangsa yang tangguh, bermoral, dan berdaya saing tinggi.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB