JAKARTA – Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia membentang luas dari barat hingga timur, namun selama ini pusat perekonomian nasional masih didominasi oleh wilayah Barat. Kondisi ini membuat Indonesia Timur relatif tertinggal dalam hal infrastruktur dan akses logistik, padahal kawasan tersebut menyimpan potensi ekonomi yang besar.
Selain itu, tantangan global seperti pemanasan bumi juga menuntut perubahan menuju energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Dua isu besar ini menjadi fokus utama yang diangkat dalam gelaran Indonesia Maritime Week 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC).
Menjawab tantangan tersebut, Interport, anak perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY), memperkuat komitmennya dalam mendukung pemerataan pembangunan ekonomi di Indonesia Timur melalui pengembangan infrastruktur logistik terpadu dan layanan rantai pasok yang modern dan efisien.
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
Fokus Wilayah Papua, Sulawesi, dan Kalimantan
Interport memfokuskan ekspansinya pada tiga wilayah strategis yakni Papua, Sulawesi, dan Kalimantan. Perusahaan ini mengusung tiga pilar utama layanan: Liquid Terminal, Bulk Terminal, dan Port Investment. Pendekatan ini dirancang untuk mendukung ekosistem logistik yang menyeluruh dari hulu ke hilir, sehingga tidak hanya meningkatkan akses, tapi juga menciptakan lapangan kerja sekaligus mempercepat distribusi komoditas ke wilayah yang selama ini kurang terlayani.
Sejak tahun 2009, Interport telah membangun dan mengoperasikan sejumlah fasilitas penting. Contohnya Terminal Tanjung Batu, pengembangan Offshore Supply Base di Sorong pada 2017 yang mendukung eksplorasi migas di kawasan Selat Makassar dan Tangguh, hingga pengelolaan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) berkapasitas lebih dari 97 ribu kiloliter di Kariangau, Kalimantan Timur. Terminal ini terkoneksi langsung ke lima dermaga dengan jalur pipa dan teknologi in-line blending yang modern.
Selain itu, Interport juga menyediakan layanan logistik untuk pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) di Kariangau, mengelola dermaga proyek tambang nikel dengan kapasitas produksi hingga 3,64 juta ton bijih nikel per tahun di Morowali, Sulawesi Tengah, serta mengoperasikan freight forwarding dan consolidation hub di Pelabuhan Mirah, Surabaya.
Tidak hanya itu, Interport juga menghadirkan jasa logistik pihak ketiga (3PL) di Ternate dan Makassar, pengelolaan stok curah dengan skema Vendor Managed Inventory di Tanah Grogot, serta investasi pengelolaan pelabuhan petikemas di Batam dan Subang. Interport bahkan mengembangkan layanan transshipment (ship-to-ship) dari Tanah Merah Terminal ke Teluk Adang di Kalimantan Timur serta skema multimoda untuk jasa fuel bunkering.
Infrastruktur Logistik Terpadu dan Digitalisasi Operasi
Direktur PT Indika Logistic Support & Services (ILSS) sekaligus General and Container Port Business Deputy Director PT Interport Mandiri Utama, Ibu Restrimaya Susiwi, menyatakan, “Keberadaan infrastruktur di wilayah timur bukan hanya soal akses, tetapi menciptakan ekosistem logistik yang terhubung dari hulu ke hilir. Ini membuka lapangan kerja dan mengakselerasi distribusi komoditas.”
Interport juga menerapkan sistem otomasi canggih bernama Logistics Integrated Automation System (LINTAS) yang memungkinkan pemantauan real-time terhadap pergerakan kargo, inventaris, armada, hingga konsumsi sumber daya. Sistem ini memberikan transparansi dan efisiensi tinggi, khususnya di Interport Business Park, Kariangau, yang menjadi pusat operasi utama.
Mendukung Transisi Energi Hijau
Selain fokus pada infrastruktur logistik, Interport turut mendorong program pemerintah terkait percepatan transisi energi bersih. Merujuk pada Permen ESDM No. 12/2024, Interport menyediakan B40 Biodiesel, yakni bahan bakar campuran 40% minyak nabati yang mampu menekan emisi karbon hingga 37% dibanding solar konvensional (B0).
“Kami menyadari pentingnya pasokan energi bersih untuk masa depan yang berkelanjutan. B40 Biodiesel yang kami distribusikan hanya menghasilkan 0,00166 ton CO?e per liter, jauh lebih rendah dibanding solar konvensional yang mencapai 0,00266 ton CO?e,” jelas Restrimaya.
Kolaborasi Global untuk Transformasi Logistik di Timur Indonesia
Interport tidak hanya mengandalkan sumber daya lokal, tapi juga menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan global untuk memperkuat ekosistem logistik. Di antaranya kemitraan dengan ExxonMobil Lubricant Indonesia (EMLI), Portek International Pte Ltd, International Container Terminal Services (ICTSI), Pohang Iron and Steel Company (POSCO), dan PT Vale Indonesia.
“Kolaborasi dengan pemain global ini menjadi kunci transformasi logistik di wilayah timur, sekaligus memastikan standar operasi yang modern dan berdaya saing internasional,” tambah Restrimaya.
Harapan dan Kontribusi untuk Indonesia Timur dan Dunia
Dengan strategi pengembangan infrastruktur, digitalisasi operasi, serta dukungan energi bersih, Interport berharap dapat menjadi motor penggerak perekonomian di Indonesia Timur. Selain itu, perusahaan berkomitmen berkontribusi terhadap agenda global dalam mengurangi jejak karbon dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Interport memperkenalkan seluruh solusi dan inovasi logistiknya pada Indonesia Maritime Week 2025 di Hall 2, JICC, Jakarta. Keikutsertaan ini menjadi bukti nyata komitmen Interport untuk berperan aktif dalam mendorong pemerataan pembangunan dan transisi energi di Tanah Air.
Interport, anak usaha PT Indika Energy Tbk, tampil sebagai pemain kunci dalam pengembangan infrastruktur logistik di Indonesia Timur dengan fokus pada Papua, Sulawesi, dan Kalimantan. Melalui tiga pilar utama layanan: Liquid Terminal, Bulk Terminal, dan Port Investment, Interport menghadirkan ekosistem logistik terpadu yang efisien dan modern.
Dukungan terhadap energi bersih melalui distribusi B40 Biodiesel serta kolaborasi strategis dengan mitra global mengukuhkan posisi Interport dalam memperkuat perekonomian regional sekaligus menjawab tantangan lingkungan. Langkah ini sejalan dengan agenda nasional dan global yang mengedepankan pembangunan berkelanjutan dan pemerataan ekonomi.