Nilai Tukar Petani Februari 2025 Mengalami Penurunan 0,18 Persen, Hortikultura Alami Penurunan Terbesar

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:19:04 WIB
Nilai Tukar Petani Februari 2025 Mengalami Penurunan 0,18 Persen, Hortikultura Alami Penurunan Terbesar

JAKARTA - Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tukar petani (NTP) di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,18 persen pada Februari 2025. NTP yang sebelumnya berada di angka 123,68 kini turun menjadi 123,45. Penurunan ini disebabkan terutama oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (IT) yang lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar petani (IB).

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers yang digelar di kantornya pada Senin (3/3), mengungkapkan bahwa NTP mengalami penurunan karena IT turun sebesar 0,50 persen, sedangkan IB hanya turun sebesar 0,32 persen. "Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani atau IT turun sebesar 0,50 persen lebih tinggi dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani atau IB yang sebesar 0,32 persen," jelas Amalia.

Komoditas Penyebab Penurunan IT

Penurunan IT nasional ini didominasi oleh beberapa komoditas utama. Menurut Amalia, komoditas seperti cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kakao berperan signifikan dalam penurunan tersebut. "Komoditas-komoditas ini menunjukkan fluktuasi harga yang cukup besar sehingga berpengaruh terhadap penurunan IT," imbuhnya.

Amalia juga menambahkan bahwa subsektor yang mengalami penurunan NTP meliputi peternakan dan hortikultura. Untuk hortikultura, penurunan NTP tercatat sebesar 6,84 persen. Penyebab utama adalah penurunan IT sebesar 7,08 persen yang jauh lebih signifikan dibandingkan penurunan IB sebesar 0,25 persen.

Kenaikan dan Penurunan NTP di Wilayah Indonesia

Secara keseluruhan, 22 provinsi di Indonesia mengalami peningkatan NTP pada bulan ini, dengan Sulawesi Utara mencatatkan peningkatan tertinggi sebesar 4,14 persen. Namun, 16 provinsi lainnya mengalami penurunan, dengan Sumatera Barat mengalami penurunan terdalam sebesar 2,79 persen.

Amalia menjelaskan bahwa penurunan di Sumatera Barat terutama didorong oleh komoditas kakao atau coklat biji, bawang merah, gabah, kol, dan telur ayam ras yang mengalami pengaruh harga signifikan. "Penurunan ini karena IT mengalami penurunan lebih besar dibandingkan penurunan IB. Komoditas yang dominan di daerah ini adalah kakao, bawang merah, dan gabah," tutur Amalia.

Nilai Tukar Nelayan Mengalami Peningkatan

Di sisi lain, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami peningkatan sebesar 0,91 persen pada bulan yang sama. Penyebabnya adalah kenaikan IT nelayan sebesar 0,89 persen, sementara IB turun tipis sebesar 0,01 persen. "Kenaikan NTN ini didorong oleh meningkatnya harga beberapa komoditas perikanan seperti tongkol layang, cakalang, teri, dan cumi-cumi," kata Amalia.

Strategi untuk Mengatasi Penurunan NTP

Menanggapi penurunan NTP, pemerintah dan pihak terkait diharapkan bisa memberikan perhatian lebih dalam menjaga stabilitas harga komoditas pertanian. Strategi yang mungkin dapat dilakukan termasuk diversifikasi tanaman dan peningkatan efisiensi produksi agar petani tetap mendapatkan keuntungan meskipun harga komoditas fluktuatif.

"Diversifikasi dan peningkatan kualitas hasil pertanian bisa jadi jawabannya. Selain itu, adaptasi teknologi dalam proses pertanian dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani," tambah Amalia.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Kondisi NTP yang fluktuatif ini masih menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian di Indonesia. Fluktuasi harga dan perubahan cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi petani. Amalia berharap akan ada upaya kolaboratif dari pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi dinamika ini dan meningkatkan kesejahteraan petani.

"Diperlukan sinergi yang kuat antara berbagai pihak untuk memperbaiki keadaan dan mencapai stabilitas ekonomi di sektor pertanian ini," tutup Amalia.

Dengan penurunan ini, diharapkan BPS dan institusi terkait dapat terus memantau perkembangan NTP dan mengimplementasikan kebijakan yang didasarkan pada data empiris yang kuat agar kesejahteraan petani di seluruh Indonesia dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

Terkini

KAI Logistik Bagikan 1.600 Buku Demi Generasi Emas

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:51 WIB

KAI Commuter Catat Kenaikan Penumpang Periode 2025

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:49 WIB

DAMRI Buka Lowongan Mekanik untuk Lulusan SMA SMK

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:46 WIB

Jadwal Lengkap Bus Sinar Jaya Rute Parangtritis Malioboro

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:44 WIB

Dermaga Pelabuhan Mamuju Capai Progres 70 Persen

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:41 WIB