JAKARTA - Upaya transisi energi di Indonesia kian nyata dengan langkah PLN Energi Primer Indonesia (EPI) yang menempatkan biomassa sebagai pengganti sebagian kebutuhan batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Program ini bukan hanya soal mengurangi ketergantungan pada batu bara, tetapi juga membangun ekosistem energi baru terbarukan (EBT) yang melibatkan masyarakat, petani, hingga koperasi lokal.
Komisaris Utama PLN EPI, Nikson Silalahi, menegaskan bahwa target penyediaan biomassa sebesar 3 juta ton tahun ini semakin dekat terealisasi. Hingga Juli 2025, pasokan yang sudah terdistribusi mencapai hampir 1,2 juta ton. “Kami bekerja keras supaya sampai Desember 2025 nanti apa yang menjadi target 3 juta ton bisa tercapai,” ungkap Nikson, Sabtu, 30 Agustus 2025.
Capaian sementara ini menimbulkan optimisme bahwa cofiring biomassa di PLTU PLN bisa berjalan sesuai rencana. Bahkan, melalui berbagai uji coba, pemanfaatan biomassa terbukti dapat menggantikan batu bara dalam skala besar tanpa mengurangi kinerja pembangkit.
- Baca Juga Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU
Ekosistem Rantai Pasok Biomassa
Untuk memastikan pasokan biomassa tidak terganggu, PLN EPI membangun ekosistem rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ada empat aspek utama yang dikembangkan. Pertama, penanaman tanaman energi di lahan marginal berbasis masyarakat, seperti koperasi, BUMDes, atau Gapoktan. Kedua, pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai bahan baku.
Aspek ketiga adalah pembangunan infrastruktur logistik yang mencakup Sub Hub, Hub, dan Main Hub. Infrastruktur ini berfungsi untuk pengumpulan, pengolahan, dan distribusi biomassa ke PLTU. Terakhir, PLN EPI melibatkan koperasi sebagai penghubung antara petani dan fasilitas pengolahan untuk memperkuat ketahanan pasokan.
Langkah ini terbukti berhasil, salah satunya melalui uji coba penggunaan 75 persen biomassa woodchips di PLTU Bolok, Kupang, Nusa Tenggara Timur. PLTU berkapasitas 2x16,5 MW tersebut mampu beroperasi dengan bahan bakar campuran biomassa dalam skala signifikan.
Kebutuhan Biomassa hingga 2025
Kebutuhan biomassa nasional diproyeksikan mencapai 10,2 juta ton per tahun hingga 2025. Untuk memenuhinya, PLN EPI menjalankan program Green Economy Village (GEV) di berbagai daerah, antara lain Gunung Kidul, Cilacap, dan Tasikmalaya. Hingga pertengahan 2025, program ini sudah melibatkan lebih dari 1.000 petani dengan penanaman lebih dari 953.000 bibit tanaman energi di lahan seluas lebih dari 760 hektar.
Tak hanya itu, PLN EPI mengembangkan sistem pertanian terpadu (integrated farming system) yang menggabungkan tanaman energi dengan pangan dan peternakan. Dari sisi implementasi, hingga kuartal kedua 2025, cofiring biomassa sudah dijalankan di 48 PLTU dari target 52 lokasi.
“Program ini terbukti memberikan dampak positif. Salah satunya, pengurangan emisi CO? sebesar 3,3 juta ton per tahun pada 2025,” jelas Nikson. Ia menambahkan, nilai kalori biomassa juga semakin meningkat hingga 3.138 kCal/kg sehingga dapat meningkatkan efisiensi energi.
Diversifikasi Jenis Biomassa
Jika pada 2020 hanya ada tiga jenis biomassa yang digunakan, kini jumlahnya berkembang menjadi 14 jenis. Beberapa di antaranya adalah Kaliandra, Gamal, Indigofera, sekam padi, dan bonggol jagung. Diversifikasi ini penting agar pasokan tidak hanya bergantung pada satu jenis bahan baku.
Dari sisi biaya, harga biomassa dipatok kompetitif, yakni 85% hingga 120% dari harga batu bara, tergantung pada skema CIF atau FOB serta biaya transportasi. Dengan mekanisme ini, biomassa tetap terjangkau bagi PLN sekaligus memberi nilai tambah bagi para petani dan pelaku usaha lokal.
Nikson pun mengajak semua pihak untuk mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam memperkuat ketahanan energi. “Kami mendorong pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat luas untuk bersama-sama terlibat dalam penyediaan biomassa nasional,” ucapnya.
Inovasi Energi: Dari Biomassa ke BioCNG
Selain cofiring biomassa, PLN juga menghadirkan inovasi baru dengan mengolah limbah kelapa sawit menjadi Bio Compressed Natural Gas (BioCNG). Penerapannya perdana dilakukan di PLTGU Belawan, Sumatera Utara.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, memberikan apresiasi atas langkah ini. “Saya sangat mengapresiasi co-firing BioCNG pertama di Indonesia ini sebagai upaya membangun energi baru terbarukan di sektor pembangkitan,” ujarnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menambahkan bahwa BioCNG bukan hanya menghasilkan listrik ramah lingkungan, tetapi juga menguatkan kedaulatan energi. “Melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan ini, kami tidak hanya menghadirkan listrik yang ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat kedaulatan energi dan menggerakkan roda perekonomian,” ucapnya.
Menuju Indonesia Mandiri Energi
Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia memiliki potensi besar dalam mengolah limbah menjadi energi. Dengan dukungan program PLN EPI, biomassa dan BioCNG diyakini bisa menjadi tulang punggung transisi energi nasional.
Komitmen ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan emisi. Dengan sinergi antara pemerintah, PLN, pelaku usaha, hingga masyarakat, kemandirian energi berbasis potensi dalam negeri dapat terwujud.
Target 3 juta ton biomassa pada 2025 hanyalah langkah awal. Di balik itu, ada cita-cita besar untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat energi, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.